Jumat, 13 Desember 2013

Transfer belajar, kesulitan belajar dan alternatif

Bab II
Pembahasan
A.    Transfer Belajar
Istilah “transfer belajar” berasal dari bahasa Inggris “transfer of learning” dan berarti ; pemindahan atau pengalihan hasil belajar yang diperoleh dalam bidang studi yang satu ke bidang studi yang lain atau ke kehidupan sehari-hari. Pemindahan atau pengalihan itu menunjuk pada kenyataan, bahwa hasil belajar yang diperoleh, digunakan di suatu bidang studi atau situasi di luar lingkup pendidikan. Pemindahan atau pengalihan itu menunjuk pada kenyataan, bahwa hasil belajar yang diperoleh, digunakan di suatu bidang atau situasi di luar lingkup bidang studi di mana hasil itu mula-mula diperoleh.
Kata “pemindahan ketrampilan” tidak berkonotasi hilangnya ketrampilan melakukan sesuatu pada masa lalu karena diganti dengan ketrampilan baru pada masa sekarang.  Misalnya, hasil belajar di cabang olahraga main bola tangan, digunakan dalam belajar main basket, dan lain-lain.  Berkat pemindahan atau pengalihan hasil belajar itu, seseorang memperoleh keuntungan atau mengalami hambatan dalam mempelajari sesuatu di bidang studi yang lain atau dalam pengaturan kehidupan sehari-hari.
B.     Jenis-jenis Transfer Belajar
1.      Transfer positif
Transfer yang berefek lebih baik terhadap kegiatan belajar selanjutnya. Transfer positif yakni belajar dalam situasi yang dapat membangtu belajar dalam situasi-situasi lain. “Memperoleh keuntungan’ berarti bahwa pemindahan atau pengalihan hasil belajar itu berperanan positif, yaitu mempermudah dan menolong dalam menghadapi tugas belajar yang lain dalam rangka kurikul di keskolah atau dalam mengatur kehidupan seharihari, transfer belajar demikian tersebut disebut “transfer positif”.
Transfer positif, akan mudah terjadi pada diri seorang siswa apabila situasi belajarnya dibuat sama atau mirip dengan situasi sehari-sehari yang akan ditempati ssiwa tersebut kelak dalam mengaplikasikan pengetahuan dan ketrampilan yang telah dipelajari di sekolah.  Misalnya, siswa yang telah pandai membaca Al-Qur’an akan secara otomatis mudah belajar Bahasa Arab, karena ada kesamaan elemen (sama-sama bertulisan arab). Pengetahuan tentang letak geografis suatu daerah, akan sangat membantu dalam memahami masalah perekonomian yang dihadapi oleh penghuni daerah itu, ketrampilan mengendarai sepeda motor akan mempermudah belajar mengendarai kendaraan roda empat.
2.   Transfer negatif
Transfer yang berefek buruk terhadap kegiatan belajar selanjutnya. Transfer negatif dapat dialami seorang siswa apabila ia belajar dalam situasi tertentu yang memilikipengaruh merusak  atau  mengalami hamnbatan terhadap ketrampilan/ pengetahuan yang dipelajari. “Mengalami hambatan” berarti bahwa pemindahan atau pengalihan hasil belajar itu berperanan negatif, yautu mempersukar dan mempersulit dalam menghadapi tugas belajar yang lain dalam rangka kurikulum sekolah, atau dalam mengatur kehidupan sehari-hari, transfer belajar yang demikian disebut “transfer negatif”. 
Menghadapi kemungkinan terjadinya tranfer negatif itu, yang penting bagi guru adalah menyadari dan sekaligus menghindari para siswanya dari situasi-situasi belajar tertentu yang diduga keras berpengaruh negatif terhadap kegiatan belajar para siswa tersebut pada masa yang akan datang. Misalnya, Ketrampilan mengemudi kendaraan bermotor dalam arus lalu lintas yang bergerak disebelah kiri jalan, yang diperoleh seseorang selama tinggal di Indonesia, akan menimbulkan kesulitan bagi orang itu bila pindah ke salah satu negara Eropa Barat, yang arus lalu lintasnya bergerak di sebelah kanan jalan.   pengetahaun akan semjumlah kata dalam bahasa Jerman, akan menghambat dalam mempelajari dalam mengkomunikasikan pikiran dan perasaan kepada orang lain selama bertahun-tahun sesudah tamat sekolah.
Individu yang sudah terbiasa mengetik dengan menggunakan dua jari, kalau belajar mengetik dengan sepuluh jari akan lebih banyak mengalami kesukaran daripada orang yang baru belajar mengetik.  Artinya, ketrampilan yang sebelumnya sudah dimiliki menjadi penghambat belajar ketrampilan lainnya.
3.   Transfer vertikal
Transfer yang berefek baik terhadap kegiatan belajar/pengetahuan yang lebih tinggi. Transfer vertikal (tegak lurus) dapat terjadi  dalam diri seorang siswa apabila pelajaran yang telah dipelajari dalam situasi tertentu membantu siswa tersebut dalam menguasai pengetahuan/ketrampilan yang lebih tinggi atau rumit. Misalnya, seorang ssiwa SD yang telah menguasai psrinsip penjumlahan dan pengurangan pada waktu duduk di kelas II akan mudah mempelajari perkalian pada waktu dia duduk di kelas III.
4.   Transfer lateral
Transfer yang berefek baik terhadap kegiatan belajar pengetahuan/ketrampilan yang sederajat. Tranfer lateral (ke arah samping) dapat terjadi dalam diri seorang siswa apabila ia mampu menggunakan materi yang telah dipelajarinya untuk mempelajari materi yang sama kerumitannya dalam situasi-situasi yang lain. Dalam hal ini, perubahan waktu dan tempat tidak mengurangi mutu hasil belajar siswa tersebut. Misalnya, seorang lulusan STM yang telah menguasai tehknologi “X” dari sekolahnya dapat menjalankan mesin tersebut  di tempat kerjanya. Di samping itu juga mampu mengikuti pelatihan menggunakan tekhnologi mesin-mesin lainnya yang mengandung elemen dan kerumitan kurang lebih sama dengan mesin “X” tadi.
C.    Faktor-faktor Penyebab  Transfer Belajar
Berikut merupakan faktor-faktor yang menyebabkan transfer belajar yang dialami oleh siswa dapat terjadi, antara lain:
1.      Proses belajar, kesungguhan motivasi belajar, dan kadar konsentrasi terhadap terhadap pelajaran.
Siswa diharapkan bersungguh-sungguh dalam mengolah materi pelajaran, dan ini juga tergantung dari motivasi belajar dan sejauhmana kadar konsentrasinya.  Maka, siswa yang kurang melibatkan diri dalam proses belajar, kurang cermat dalam dalam persepsi dan kurang mendalam dalam mengolah materi pelajaran, tidak diharapkan akan mengadakan transfer belajar. Semua ini berkaitan dengan tata cara belajar atau tekhnik-tekhnik studi, apakah efisien dan efektif. Maka makin tata cara belajar itu, makin meningkat pula kemungkinan siswa akan mengadakan transfer belajar.
2.      Bahan atau materi dalam bidang studi, metode atau prosedur kerja yang diikuti dan sikap dibutuhkan dalam bidang studi.
Transfer belajar mengendalikan adanya kesamaan, maka kesamaan  antara daerah/bidang studi atau antara bidang studi dan kehidupan sehari-hari itu, secara nyata harus ada. Adanya kesamaan juga meliputi taraf intelegensi, minat, dan perhatian.
3.      Faktor-faktor subyektif siswa, antara lain taraf intelegensi (kemampuan belajar), minat, motivasi  dan perhatian.
Siswa yang memiliki motivasi intrinsik, yang merasa senang dalam belajar di sekolah dan yang mampu mengolah dengan baik dan secara mendalam, akan jauh lebih siap untuk mengadakan transfer belajar, dibandingkan dengan siswa yang kurang bermotivasi, kurang berperasaan senang dan kurang mampu mengolah dengan baik.
4.      Sikap dan usaha guru.
Kesadaran dan usaha dari guru untuk mendampingi siswa dalam mengadakan transfer belajar.  Sikap guru yang menyadari, bahwa tanggungjawab nya tidak hanya terbatas paa bidang studi tertentu, tetapi juga mencakup usaha jujur untuk membentuk kepribadian siswa secara kesluruhan, dalam perkembangan intelektual, efektif (sikap) dan sosial.
D.     Kesulitan Belajar dan Alternatif Pemecahannya
1.      Definisi Kesulitan Belajar
Kesulitan belajar yang didefenisikan oleh The United States Office of Education (USOE) yang dikutip oleh Abdurrahman (2003 : 06) menyatakan bahwa kesulitan belajar adalah suatu gangguan dalam satu atau lebih dari proses psikologis dasar yang mencakup pemahaman dan penggunaan bahasa ajaran atau tulisan.
Di samping defenisi tersebut, ada definisi lain yang yang dikemukakan oleh The National Joint Commite for Learning Dissabilites (NJCLD) dalam Abdurrahman (2003 : 07) bahwa kesulitan belajar menunjuk kepada suatu kelompok kesulitan yang didefenisikan dalam bentuk kesulitan nyata dalam kematian dan penggunan kemampuan pendengaran, bercakap-cakap, membaca, menulis, menalar atau kemampuan dalam bidang studi biologi
Sedangkan menurut Sunarta (1985 : 7) menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan kesulitan belajar adalah “kesulitan yag dialami oleh siswa-siswi dalam kegiatan belajarnya, sehingga berakibat prestasi belajarnya rendah dan perubahan tingkahlaku yang terjadi tidak sesuai dengan partisipasi yang diperoleh sebagaimana teman-teman kelasnya.
Berdasarkan pendapat di atas dapat dipahami bahwa kesulitan belajar adalah suatu keadaan dalam proses belajar mengajar dimana anak didik tidak dapat belajar sebagaimana mestinya. Kesulitan belajar pada dasarnya adalah suatu gejala yang nampak dalam berbagai manivestasi tingkahlaku, baik secara langsung maupun tidak langsung.
2.      Faktor-faktor Kesulitan Belajar
Kesulitan belajar dapat dibuktikan dengan munculnya kelainan perilaku (misbehavior) siswa, seperti kesukaan berteriak-teriak di dalam kelas, mengusik teman, berkelahi, sering tidak masuk sekolah, dan sering minggat dari sekolah.
Secara garis besar, faktor-faktor penyebab timbulnya kesulitan belajar terdiri atas dua macam, yaitu:
a.       Faktor Intern Siswa
Faktor yang berasal dari dalam diri siswa ini berupa gangguan atau kekurangmampuan psikofisik siswa, yakni:
1)      Bersifat kognitif, yaitu rendahnya intelektual/ intelegensi siswa
2)      Bersifat afektif, yaitu labilnya emosi dan sikap
3)      Bersifat psikomotor, yaitu terganggunya alat-alat indera pengelihat dan pendengar.
b.      Faktor Ekstern Siswa
Faktor yang berasal dari luar diri siswa ini berupa berbagai situasi dan kondisi lingkungan sekitar yang tidak mendukung aktivitas belajar siswa. Faktor ini terbagi menjadi tiga macam, yaitu:
1)      Lingkungan keluarga
2)      Lingkungan masyarakat
3)      Lingkungan sekolah
Selain faktor-faktor yang bersifat umum di atas, ada pula faktor-faktor yang juga menimbulkan kesulitan belajar siswa. Faktor yang lebih bersifat khusus ini ialah sindrom psikologis berupa learning disability (ketidakmampuan belajar). Sindrom (syndrome) yang berarti satuan gejala yang muncul sebagai indikator adanya keabnormalan psikis (Reber, 1988) yang menimbulkan kesulitan belajar.
1)      Disleksia (dyslexia), yaitu ketidakmampuan belajar membaca
2)      Disgrafia (dysgrphia), yaitu ketidakmampuan belajar menulis
3)      Diskalkulia (dyscalculia), yaitu ketidakmampuan belajar matematika.
Akan tetapi, siswa yang mengalami sindrom-sindrom di atas secara umum sebenarnya memiliki potensi IQ yang normal bahkan diantaranya ada yang memiliki kecerdasan di atas rata-rata. Oleh karenanya, kesulitan belajar siswa yang menderita sindrom-sindrom tadi mungkin hanya disebabkan oleh adanya minimal brain dysfuncian, yaitu gangguan ringan pada otak (Lask, 1985: Reber, 1988).
3.      Diagnosis Kesulitan Belajar
Sebelum menetapkan alternatif pemecahan masalah kesulitan belajar siswa, guru sangat dianjurkan untuk terlebih dahulu melakukan indentifikasi terhadap fenomena yang menunjukkan kemungkinan adanya kesulitan belajar yang melanda siswa tersebut. Upaya seperti ini disebut diagnosis yang bertujuan menetapkan jenis penyakit, yaitu jenis kesulitan dalam belajar. Dalam melakukan diagnosis diperlukan adanya prosedur yang terdiri atas langkah-langkah tertentu yang diorientasikan pada ditemukannya kesulitan belajar jenis tertentu yang dialami siswa. Prosedur seperti ini dikenal sebagai “diagnostik” kesulitan belajar.
Banyak langkah diagnostik yang dapat ditempuh oleh guru, antara lain adalah prosedur Weener dan Senf (1982) sebagaimana yang dikutip Wardani (1991) sebagai berikut:
a.       Melakukan observasi kelas untuk melihat perilaku menyimpang siswa ketika mengikuti pelajaran
b.      Memeriksa pengelihatan dan pendegaran siswa khususnya yang diduga mengalami kesulitan belajar
c.       Mewawancarai orang tua atau wali siswa untuk mengetahui hal dalam keluarga yang mungkin menimbulkan kesulitan belajar
d.      Memberikan tes diagnostik bidang kecakapan tertentu untuk mengetahui hakikat kesulitan belajar yang dialami siswa
e.       Memberikan tes kemampuan intelegensi (IQ) khususnya kepada siswa yang diduga mengalami kesulitan belajar.

4.      Alternatif Pemecahan Kesulitan Belajar
Dalam mengatasi siswa yang kesulitan belajar, terdapat langkah-langkah penting yang harus diperhatikan, yaitu:
a.       Menganalisis hasil diagnosis, yaitu menelaah bagian-bagian masalah dan hubungan antarbagian tersebut untuk memperoleh pengertian yang benar mengenai kesulitan belajar yang dihadapi siswa
b.      Mengidentifikasi dan mementukan bidang kecakapan tertentu yang memerlukan perbaikan
c.       Menyusun program perbaikan, khususnya program remidial teaching (pengajaran perbaikan).


Setelah langkah-langkah di atas telah selesai dilaksanakan, barulah langkah keempat ditentukan dan dilaksanakan, yaitu melaksanakan program perbaikan.
Dalam menyusun program pengajaran perbaikan diperlukan adanya ketetapan sebagai berikut :
a.       Tujuan pengajaran remedial
Contoh dari tujuan pengajaran remedial yaitu siswa dapat memahami kata “tinggi”, “pendek” dan “gemuk” dalam berbagai konteks kalimat.
b.      Materi pengajaran remedial
Contoh materi pengajaran remedial yaitu dengan cara lebih khusus dalam mengembangkan kalimat-kalimat yang menggunakan kata-kata seperti di atas.
c.       Metode pengajaran remedial
Contoh metode pengajaran remedial yaitu dengan cara siswa mengisi dan mempelajari hal-hal yang dialami oleh siswa tersebut dalam menghadapi kesulitan belajar.
d.      Alokasi waktu
Contoh alokasi waktu remedial misalnya cuma 60 menit.
e.       Teknik evaluasi pengajaran remedial
Contoh teknik evaluasi pengajaran remedial yaitu dengan menggunakan tes isian yang terdiri atas kalimat-kalimat yang harus disempurnakan, contohnya dengan menggunakan kata tinggi, kata pendek, dan kata gemuk.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar