NANDAKOVADA SUTTA
Nidhana:Dibabarkan oleh Y.M
Nandaka kepada para bhikkhuni di Savatthi, Taman Rajaka, berkenaan dengan enam
landasan indera yang tidak kekal.
Nikhepa: adanya
pertanyaan (Puchavasika)
Isi
Sutta:
Ketika
Sang Bhagava sedang berdiam di Savatthi, Di Hutan Jeta, Taman Anathapindika.
Pada saat itu MahaPajapati Gotami datang menemui Sang Buddha untuk meminta
nasehat. Kemudian Sang Buddha bertanya kepada Yang Mulia Ananda, “Ananda,
giliran siapa hari ini yang menasehati para bhikkhuni? kemudian Yang Mulia
Ananda menjawab “Bhante, sekarang giliran Y.M. Nandaka untuk menasehati para
bhikkhuni, tetapi dia tidak bersedia menasehati mereka walaupun ini adalah
gilirannya.”. Maka Yang Terberkahi menyapa Y.M. Nandaka: “Berikanlah nasehat
kepada para bhikkhuni, Nandaka. Berikanlah instruksi kepada para bhikkhuni,
Nandaka. Berikanlah para bhikkhuni khotbah Dhamma.” Ya, Bhante, jawab Y.M.
Nandaka.
Di
pagi hari, Y.M. Nandaka berpakaian, dan setelah mengambil mangkuk dan jubah
luarnya, dia pergi ke Savatthi untuk mengumpulkan dana makanan. Setelah selesai
mengumpulkan dana makanan di Savatthi dan kembali, setelah makan dia pun pergi
ke Taman Rajaka bersama satu orang.
Setelah
para bhikkhuni melihat Y.M Nandaka datang, mereka menyiapkan air untuk mencuci
kaki. Kemudian mengambil posisi duduk yang sesuai. Y.M
Nandaka menbabarkan Dhamma dalam bentuk pertanyaan dan apabila para bhikkhuni
ragu-ragu atau kurang paham dapat menanyakan kembali pada Y.M Nandaka.
Pertanyaan
Y.M Nandaka:
1.
Apakah enam landasan internal kekal atau tidak
kekal?
2.
Apakah enam landasan eksternal kekal atau
tidak kekal?
3.
Apakah enam jenis kesadaran kekal atau tidak
kekal?
Jawaban
para bhikkhuni:
Tidak
kekal, tidak pantas dianggap ‘ini adalah milikku, inilah aku, inilah diriku,
karena, kami telah melihat hal ini
dengan baik sebagaimana adanya dengan kebijaksanaan yang benar demikian ‘enam landasan
internal ini tidak kekal”, ‘enam landasan eksternal ini tidak kekal”, dan ‘enam
jenis kesadaran ini tidak kekal”.
Perumpamaan
lampu minyak:
Apakah
walaupun lampu minyak menyala, minyaknya, sumbunya, dan nyala apinya tidak
kekal dan terkena perubahan, tetapi sinarnya kekal, berlangsung terus-menerus,
baka, tidak terkena perubahan?
Tidak,
karena walaupun itu menyala, namun minyak, sumbu, dan nyala apinya tidak kekal
dan terkena perubahan, pasti sinarnya juga tidak kekal dan terkena perubahan. Demikian
pula dengan enam landasan internal. Karena setiap perasaan yang muncul dengan
bergantung atas kondisi yang sesuai, dan dengan berhentinya kondisi yang
sesuai, perasaan itu pun berhenti.
Perumpamaan
pohon besar:
Apakah
walaupun akar, batang, cabang, dan dedaunan pohon besar yang menjulang dan
memiliki inti-kayu ini tidak kekal dan terkena perubahan, tetapi
baying-bayangnya kekal, berlangsung terus, baka, tidak terkena perubahan?
Tidak,
karena akar, batang, cabang, dan dedaunan pohon besar yang menjulang dan
memiliki inti-kayu ini tidak kekal dan terkena perubahan, maka baying-bayangnya
pun pasti tidak kekal dan terkena perubahan. Demikian pula dengan enam landasan
eksternal.
Perumpamaan
tukang jagal:
Seandainya
seorang tukang jagal yang terampil membunuh seekor sapi dan memotong-motongnya
dengan pisau yang tajam. Tanpa merusak massa daging bagian dalam dan tanpa
merusak kulit luarnya, dia memotong, memutus, memenggal tendon dalam, urat
daging, dan ligamen dengan pisau yang tajam. Kemudian, dia membersihkan kulit
luarnya dan menutupi sapi itu dengan kulit luar yang sama. Apakah benar bila
sapi ini dihubungkan pada kulit ini, sama seperti sebelumnya?
Tidak,
karena jika tukang jagal yang terampil itu membunuh sapi, memotong, memutus,
memenggal, semuanya dengan cara itu, walaupun dia menutupi sapi itu lagi dengan
kulit luar yang sama dan berkata : “ sapi ini dihubungkan dengan kulit yang
sama seperti sebelumnya, sapi itu tetap saja tidak terhubung dengan kulit itu”.
Kemudian
Y.M Nandaka berkata, saudari-saudari saya telah memberikan perumpamaan ini
untuk menyampaikan suatu makna. Inilah maknanya : “massa daging bagian dalam
adalah enam landasan internal, kulit luar adalah enam landasan eksternal,
tendon dalam, urat daging, ligamen adalah sukacita dan nafsu jasmani. Sedangkan
piasu tukang jagal adalah kebijaksanaan yang mulia yang berguna untuk memotong,
memutus, dan memenggal kekotoran batin, rintangan, belenggu dari dalam.
Saudari-saudari,
ada tujuh faktor pencerahan, melalui pengembangan serta pengolahannya maka
seorang bhikkhu dengan cara merealisasikan untuk dirinya sendiri dengan
pengetahuan langsung di sini dan kini memasuki dan berdiam di dalam pembebasan
pikiran dan pembebasan melalui kebijaksanaan yang tidak ternoda karena telah
hancurnya noda-noda. Tujuh faktor tersebut adalah:
1.
Faktor pencerahan perhatian,
2.
Faktor pencerahan
penyelidikan-keadaan-keadaan,
3.
Faktor pencerahan energi,
4.
Faktor pencerahan kegiuran,
5.
Faktor pencerahan ketenangan,
6.
Faktor pencerahan konsentrasi,
7.
Faktor pencerahan ketenang-seimbangan,
Ketujuh
faktor pencerahan tersebut ditopang oleh kesendirian, tanpa-nafsu, dan
penghentian, dan menjadi masak di dalam pelepasan.
Y.M
Nandaka membubarkan para bhikkhuni dengan berkata, “pergilah, saudari-saudari,
sudah waktunya.” Para bhikkhuni yang bersukacita dan bergembira di dalam
kata-kata Y.M Nandaka pun bangkit dari tempat duduk mereka. Lalu meraka menemui
Yang Terberkahi dan memberi hormat lalu berdiri di satu sisi.
Yang Terberkahi memberitahu mereka: “pergilah,
saudari-saudari, sudah waktunya.” Maka para bhikkhuni memberi hormat dan pergi
dengan menjaga agar Yang Terberkahi tetap berada di sisi kanan mereka.
Yang
Terberkahi berkata kepada para bhikkhu, “seperti halnya hari Uposatha
keempatbelas, orang tidak ragu-ragu apakah rembulan itu purnama atau belum,
karena saat itu rembulan jelas belum purnama, demikian pula para bhikkhuni itu
merasa puas dengan ajaran-ajaran Dhamma Nandaka, tetapi niat mereka belum dapat
digenapi.”
Yang
Terberkahi berkata kepada Y.M Nandaka untuk memberi nasehat yang sama besok
pada para bhikkhuni.
Yang
Terberkahi berkata kepada para bhikkhu, “seperti halnya hari Uposatha
kelimabelas, orang tidak ragu-ragu apakah rembulan itu purmana atau belum,
karena saat itu rembulan jelas sudah purnama, demikian pula para bhikkhuni itu
merasa puas dengan ajaran-ajaran Dhamma Nandaka, dan niat mereka sudah
digenapi. Bahkan, yang paling terbelakang dari lima ratus bhikkhuni adalah seorang
Pemasuk-Arus, yang tidak lagi terkena alam rendah, sudah pasti (akan terbebas),
yang mengarah pada pencerahan.”
Demikian
yang dikatakan oleh Yang Terberkahi. Para bhikkhu merasa puas dan bersukacita
di dalam kata-kata Yang Terberkahi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar