Kamis, 12 Desember 2013

nandakovada sutta

NANDAKOVADA SUTTA
Nidhana:Dibabarkan oleh Y.M Nandaka kepada para bhikkhuni di Savatthi, Taman Rajaka, berkenaan dengan enam landasan indera yang tidak kekal.
Nikhepa: adanya pertanyaan (Puchavasika)
Isi Sutta:
Ketika Sang Bhagava sedang berdiam di Savatthi, Di Hutan Jeta, Taman Anathapindika. Pada saat itu MahaPajapati Gotami datang menemui Sang Buddha untuk meminta nasehat. Kemudian Sang Buddha bertanya kepada Yang Mulia Ananda, “Ananda, giliran siapa hari ini yang menasehati para bhikkhuni? kemudian Yang Mulia Ananda menjawab “Bhante, sekarang giliran Y.M. Nandaka untuk menasehati para bhikkhuni, tetapi dia tidak bersedia menasehati mereka walaupun ini adalah gilirannya.”. Maka Yang Terberkahi menyapa Y.M. Nandaka: “Berikanlah nasehat kepada para bhikkhuni, Nandaka. Berikanlah instruksi kepada para bhikkhuni, Nandaka. Berikanlah para bhikkhuni khotbah Dhamma.” Ya, Bhante, jawab Y.M. Nandaka.
Di pagi hari, Y.M. Nandaka berpakaian, dan setelah mengambil mangkuk dan jubah luarnya, dia pergi ke Savatthi untuk mengumpulkan dana makanan. Setelah selesai mengumpulkan dana makanan di Savatthi dan kembali, setelah makan dia pun pergi ke Taman Rajaka bersama satu orang.
Setelah para bhikkhuni melihat Y.M Nandaka datang, mereka menyiapkan air untuk mencuci kaki. Kemudian mengambil posisi duduk yang sesuai. Y.M Nandaka menbabarkan Dhamma dalam bentuk pertanyaan dan apabila para bhikkhuni ragu-ragu atau kurang paham dapat menanyakan kembali pada Y.M Nandaka.
Pertanyaan Y.M Nandaka:
1.      Apakah enam landasan internal kekal atau tidak kekal?
2.      Apakah enam landasan eksternal kekal atau tidak kekal?
3.      Apakah enam jenis kesadaran kekal atau tidak kekal?
Jawaban para bhikkhuni:
Tidak kekal, tidak pantas dianggap ‘ini adalah milikku, inilah aku, inilah diriku, karena,  kami telah melihat hal ini dengan baik sebagaimana adanya dengan kebijaksanaan yang benar demikian ‘enam landasan internal ini tidak kekal”, ‘enam landasan eksternal ini tidak kekal”, dan ‘enam jenis kesadaran ini tidak kekal”.
Perumpamaan lampu minyak:
Apakah walaupun lampu minyak menyala, minyaknya, sumbunya, dan nyala apinya tidak kekal dan terkena perubahan, tetapi sinarnya kekal, berlangsung terus-menerus, baka, tidak terkena perubahan?
Tidak, karena walaupun itu menyala, namun minyak, sumbu, dan nyala apinya tidak kekal dan terkena perubahan, pasti sinarnya juga tidak kekal dan terkena perubahan. Demikian pula dengan enam landasan internal. Karena setiap perasaan yang muncul dengan bergantung atas kondisi yang sesuai, dan dengan berhentinya kondisi yang sesuai, perasaan itu pun berhenti.
Perumpamaan pohon besar:
Apakah walaupun akar, batang, cabang, dan dedaunan pohon besar yang menjulang dan memiliki inti-kayu ini tidak kekal dan terkena perubahan, tetapi baying-bayangnya kekal, berlangsung terus, baka, tidak terkena perubahan?
Tidak, karena akar, batang, cabang, dan dedaunan pohon besar yang menjulang dan memiliki inti-kayu ini tidak kekal dan terkena perubahan, maka baying-bayangnya pun pasti tidak kekal dan terkena perubahan. Demikian pula dengan enam landasan eksternal.
Perumpamaan tukang jagal:
Seandainya seorang tukang jagal yang terampil membunuh seekor sapi dan memotong-motongnya dengan pisau yang tajam. Tanpa merusak massa daging bagian dalam dan tanpa merusak kulit luarnya, dia memotong, memutus, memenggal tendon dalam, urat daging, dan ligamen dengan pisau yang tajam. Kemudian, dia membersihkan kulit luarnya dan menutupi sapi itu dengan kulit luar yang sama. Apakah benar bila sapi ini dihubungkan pada kulit ini, sama seperti sebelumnya?
Tidak, karena jika tukang jagal yang terampil itu membunuh sapi, memotong, memutus, memenggal, semuanya dengan cara itu, walaupun dia menutupi sapi itu lagi dengan kulit luar yang sama dan berkata : “ sapi ini dihubungkan dengan kulit yang sama seperti sebelumnya, sapi itu tetap saja tidak terhubung dengan kulit itu”.
Kemudian Y.M Nandaka berkata, saudari-saudari saya telah memberikan perumpamaan ini untuk menyampaikan suatu makna. Inilah maknanya : “massa daging bagian dalam adalah enam landasan internal, kulit luar adalah enam landasan eksternal, tendon dalam, urat daging, ligamen adalah sukacita dan nafsu jasmani. Sedangkan piasu tukang jagal adalah kebijaksanaan yang mulia yang berguna untuk memotong, memutus, dan memenggal kekotoran batin, rintangan, belenggu dari dalam.
Saudari-saudari, ada tujuh faktor pencerahan, melalui pengembangan serta pengolahannya maka seorang bhikkhu dengan cara merealisasikan untuk dirinya sendiri dengan pengetahuan langsung di sini dan kini memasuki dan berdiam di dalam pembebasan pikiran dan pembebasan melalui kebijaksanaan yang tidak ternoda karena telah hancurnya noda-noda. Tujuh faktor tersebut adalah:
1.      Faktor pencerahan perhatian,
2.      Faktor pencerahan penyelidikan-keadaan-keadaan,
3.      Faktor pencerahan energi,
4.      Faktor pencerahan kegiuran,
5.      Faktor pencerahan ketenangan,
6.      Faktor pencerahan konsentrasi,
7.      Faktor pencerahan ketenang-seimbangan,
Ketujuh faktor pencerahan tersebut ditopang oleh kesendirian, tanpa-nafsu, dan penghentian, dan menjadi masak di dalam pelepasan.
Y.M Nandaka membubarkan para bhikkhuni dengan berkata, “pergilah, saudari-saudari, sudah waktunya.” Para bhikkhuni yang bersukacita dan bergembira di dalam kata-kata Y.M Nandaka pun bangkit dari tempat duduk mereka. Lalu meraka menemui Yang Terberkahi dan memberi  hormat lalu berdiri di satu sisi. Yang Terberkahi memberitahu mereka: pergilah, saudari-saudari, sudah waktunya.” Maka para bhikkhuni memberi hormat dan pergi dengan menjaga agar Yang Terberkahi tetap berada di sisi kanan mereka.
Yang Terberkahi berkata kepada para bhikkhu, “seperti halnya hari Uposatha keempatbelas, orang tidak ragu-ragu apakah rembulan itu purnama atau belum, karena saat itu rembulan jelas belum purnama, demikian pula para bhikkhuni itu merasa puas dengan ajaran-ajaran Dhamma Nandaka, tetapi niat mereka belum dapat digenapi.”
Yang Terberkahi berkata kepada Y.M Nandaka untuk memberi nasehat yang sama besok pada para bhikkhuni.
Yang Terberkahi berkata kepada para bhikkhu, “seperti halnya hari Uposatha kelimabelas, orang tidak ragu-ragu apakah rembulan itu purmana atau belum, karena saat itu rembulan jelas sudah purnama, demikian pula para bhikkhuni itu merasa puas dengan ajaran-ajaran Dhamma Nandaka, dan niat mereka sudah digenapi. Bahkan, yang paling terbelakang dari lima ratus bhikkhuni adalah seorang Pemasuk-Arus, yang tidak lagi terkena alam rendah, sudah pasti (akan terbebas), yang mengarah pada pencerahan.”

Demikian yang dikatakan oleh Yang Terberkahi. Para bhikkhu merasa puas dan bersukacita di dalam kata-kata Yang Terberkahi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar