Jumat, 13 Desember 2013

Nuklir dan Agama Buddha


A.                Teori Ilmu Fisika Nuklir
 Berdasarkan sumber yang kami dapat, penulis menemukan beberapa teori tentang Ilmu Fisika Nuklir yang berkaitan dengan Konsep Agama Buddha. Tokoh-tokoh fisika yang terkemuka adalah Werner Von Heisenberg, Erwin Schrodinger, Max Planck, Niels Bohr, Albert Einstein, dan Newton. Adapun teori-teori yang terdapat dalam Ilmu Fisika Nuklir adalah sebagai berikut:
1.             Hukum Kekekalan Massa dan Energi
     Hukum hukum kekekalan massa dan energi  menyatakan bahwa massa dapat diubah menjadi energi dan energi dapat diubah menjadi massa (Albert Einstein). Teori tersebut dikemukakan oleh para ilmuan fisika yang sering kita kenal. Kekekalan massa dan energi juga menyatakan bahwa massa dan energi tidak dapat diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan.
2.                  Hukum Aksi dan Reaksi
Hukum ini menyatakan bahwa reaksi itu ada setelah adanya aksi, sehingga teori-teori ada karena adanya aksi-aksi yang berupa penelitian oleh para ilmuan.
3.                  Prinsip Interdependensi
Interpendensi adalah prinsip dari suatu fenomena yang mengalami ketergantungan dengan fenomena lain, artinya fenomena-fenomena yang muncul di dunia ini selalu berkaiatan antara satu dan lainnya.
4.                  Relativitas Ruang dan Waktu
Dalam relativitas ruang kita mengenal prinsip interkoneksi dan interpenestrasi. Kedua prinsip tersebut menyatakan bahwa meskipun fenomena-fenomena yang ada di dunia ini saling berkaitan tetapi fenomena-fenomena tersebut tidak menghilangkan fenomena yang lainnya. Artinya kejadian di suatu titik dalam alam semesta ini dapat mempengaruhi kejadian di titik yang lain dari alam semesta. Akan tetapi masing-masing titik tersebut memiliki ciri khas yang berbeda.
Newton menyatakan tentang konsep waktu yang absolute dan universal, sehingga Einstein menyatakan bahwa dimana waktu dapat berjalan melambat atau semakin cepat tergantung pada kekuatan pengamat dan kekuatan gravitasi. Sesuatu yang dianggap masa lalu oleh seorang pengamat dapat dianggap sebagai masa mendatang oleh pengamat lainnya.
5.                  Partikel-partikel Alam Semesta
Democritus menyatakan teori mengenai atom, maka kita mengetahui bahwa atom sebenarnya atom bukan zat terkecil di alam semesta ini. Ternyata atom memiliki partikel-partikel kecil yang berkumpul menjadi satu sehingga membentuk atom. Partikel-partikel tersebut adalah proton (partikel positif), electron (partikel negatif), dan neutron (inti atom). Ketiga partikel tersebut saling berkaitan dan mempunyai sifat saling ketergantungan serta memiliki sifat universal. Dengan demikian secara nyata bahwa segala sesuatu dari alam semesta itu saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan.
B.                Konsep Agama Buddha
Agama Buddha muncul di dunia ini karena adanya ajaran yang diberikan oleh Buddha. Buddha adalah seseorang yang telah mencapai penerangan sempurna, sempurna pengetahuan dan segala perilaku. Buddha mencapai penerangan dari hasil aksi yang beliau lakukan selama kurang lebih bermilyaran kali beliau mengalami kelahiran secara berulang-ulang sebagai seorang bodhisattva. Bodhisattva merupakan makhluk yang kelak akan menjadi seorang Buddha. Ada beberapa konsep dalam ajaran Buddha yang dinyatakan memiliki persamaan dengan Ilmu Fisika Nuklir (salah satu cabang dari ilmu fisika) yaitu:
1.                  Konsep Isi dan Kekosongan
Konsep isi dan kosong dalam Agama Buddha yang disebutkan dalam Sutra Hati (Prajnaparamita-Hrdaya Sutra). Konsep tersebut menyatakan bahwa wujud tidak berbeda dengan kekosongan dan kekosongan tidak berbeda dengan wujud.
2.                  Hukum Sebab-Akibat
Dalam Agama Buddha kita mengenal hukum sebab dan akibat. Hukum sebab akibat artinya segala akibat ada karena ada sebab. Seperti halnya adanya kondisi-kondisi karena ada sebabnya. Sebagai contoh, benih dapat tumbuh kembali dan menjadi buah akibat adanya kondisi-kondisi yaitu adanya air, pupuk, tanah subur, dan sinar matahari.
3.                  Paticcasamuppada (hukum sebab musabab yang saling bergantungan)
Dalam paticcasamuppada menyatakan bahwa fenomena-fenomena yang terjadi dapat mempunyai sifat ketergantungan atau saling berkaitan.  Dengan demikian segala fenomena yang terjadi pasti memiliki hubungan dengan fenomena yang lainnya. Ada dua penjelasan yaitu:
a.         Suatu fenomena dapat terjadi karena benar-benar ada sebab dari fenomena yang muncul, suatu fenomena tidak mungkin terjadi dengan sendirinya. Dengan demikian konsep ini telah mematahkan Doktrin Spontanitas.
b.         Fenomena telah terjadi dan menghasilkan itu, artinya bahwa tidak ada apapun yang dapat menjadi musabab bagi fenomena yang terjadi. Dengan demikian konsep ini telah mematahkan Doktrin Kausa Primer.
4.                  Konsep Ruang dan Waktu
Dalam Agama Buddha menyatakan bahwa meskipun telah terjadi banyak fenomena tetapi fenomena tersebut tidak dapat merubah sifat-sifat khas pada fenomena yang pertama kali terjadi. Konsep ini terdapat di dalam sutra-sutra yaitu sebagai berikut Avatamsaka Sutra, Suranggama Sutra, dan Vimalakirti Sutra. Dalam Avatamsaka Sutra telah diterangkan tentang tiga periode waktu, yaitu masa lalu, masa sekarang, dan masa mendatang. Dalam sutra ini dijelaskan bahwa dari tiga periode waktu tersebut dapat berkembang menjadi sepuluh, yaitu:
a.         Tiga waktu masa lalu, yakni waktu lalu dari masa lalu, waktu sekarang dari masa lalu, dan waktu mendatang dari masa lalu.
b.         Tiga waktu masa sekarang, yakni waktu lalu dari masa sekarang, waktu sekarang dari masa sekarang, dan waktu mendatang dari masa sekarang.
c.         Tiga waktu masa depan, yakni waktu lalu dari masa depan, waktu sekarang dari masa depan, dan waktu mendatang dari masa depan.
Dengan demikian kita dapat mengatakan bahwa waktu tidak berlalu tetapi ada pada kedudukan masing-masing. Artinya kehidupan ini akan terus ada selama unsur-unsur kehidupan belum dapat dihentikan. Fenomena selanjutnya tidak akan terjadi apabila kita telah mengerti sebab fenomena yang terjadi di masa lalu, sehingga kita dapat menghentikannya.
5.                  Konsep Terbentuknya Alam Semesta
Dalam Agama Buddha konsep terbentuknya alam semesta bukan karena adanya penciptaan (spontanitas). Akan tetapi alam semesta ini tercipta oleh berbagai kondisi-kondisi yang saling berkaitan dengan satu sama lainnya. 
C.                Fakta Yang Menghubungkan antara Ilmu Fisika Nuklir Dengan Agama Buddha
Salah satu teori dasar dari ilmu fisika adalah hukum kekekalan massa dan energi. Hukum tersebut menyatakan bahwa massa dapat diubah menjadi energi dan energi dapat diubah menjadi massa (Albert Einstein). Secara tak terduga teori tersebut selaras artinya dengan konsep isi dan kosong dalam agama Buddha yang disebutkan dalam sutra hati (Prajnaparamita-Hrdaya Sutra).
Hukum kekekalan massa dan energi juga menyatakan bahwa massa dan energi tidak dapat diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan. Kemiripan ini juga dapat kita temukan dalam Avatamsaka Sutra bab 14 yang menyatakan bahwa segala sesuatu tidak dilahirkan, tidak diciptakan, serta tidak dapat dimusnahkan. Dengan demikian bisa kita katakan yang ada tidak bisa menjadi tidak ada dan yang tidak ada tidak bisa menjadi ada. Hal ini merupakan fenomena spontanitas. Oleh karena itu di dalam buddhisme kita mengenal perubahan artinya segala kondisi dapat berubah dan tidak kekal.
Dalam Hukum Aksi dan Reaksi yang kita pelajari didalam Ilmu Fisika Nuklir ternyata juga selaras dengan konsep dalam agama Buddha. Dalam agama Buddha kita mengenal Hukum Sebab dan Akibat. Artinya teori dan konsep ini selaras bahwa dengan adanya sebab (aksi) maka akan muncul akibat (reaksi).
Interpendensi adalah prinsip dari suatu fenomena yang mengalami ketergantungan dengan fenomena lain, artinya fenomena-fenomena yang muncul di dunia ini selalu berkaitan antara satu dan lainnya. Sama halnya dengan paticcasamuppada juga kita jumpai kemiripan antara Ilmu Fisika Nuklir dan Agama Buddha. Dalam paticcasamuppada menyatakan bahwa fenomena-fenomena yang terjadi mempunyai sifat ketergantungan atau saling berkaitan.
Meskipun fenomena-fenomena yang ada di dunia ini saling berkaitan tetapi fenomena-fenomena tersebut tidak menghilangkan fenomena yang lainnya. Artinya masing-masing fenomena tersebut memiliki ciri khas yang tidak sama. Agama Buddha menyatakan bahwa meskipun telah terjadi banyak fenomena tetapi fenomena tersebut tidak dapat merubah sifat-sifat khas pada fenomena yang pertama kali terjadi.
Ternyata atom memiliki partikel-partikel kecil yang berkumpul menjadi satu sehingga membentuk atom. Partikel-partikel tersebut adalah proton (partikel positif), elektron (partikel negatif), dan neutron (inti atom). Ketiga partikel tersebut saling berkaitan dan mempunyai sifat saling ketergantungan serta memiliki sifat universal. Dengan demikian secara nyata bahwa segala sesuatu dari alam semesta itu saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan. Hal ini mirip dengan konsep dalam Agama Buddha mengenai terbentuknya alam semesta bukan karena adanya penciptaan (spontanitas). Akan tetapi alam semesta ini tercipta oleh berbagai kondisi-kondisi yang saling berkaitan dengan satu sama lainnya.   

2 komentar:

  1. Mas, mau tanya. Apakah makhluk asannasatta masih memiliki 3 unsur kekeliruan (lobha, dosa, dan moha) dan avijja walaupun tidak punya batin?

    BalasHapus
  2. Mas, mau tanya. Apakah makhluk asannasatta masih memiliki 3 unsur kekeliruan (lobha, dosa, dan moha) dan avijja walaupun tidak punya batin?

    BalasHapus