Jumat, 13 Desember 2013

Sandaka Sutta

SANDAKA SUTTA
Nidana:
Dibabarkan oleh Y.M. Ananda kepada Sandaka si kelana di Kosambi di Taman Ghosita. Ketika Sandaka Si kelana sedang berdiam di Gua Pohon Pilakkha dengan sekelompok besar kelana.
Nikhepa:
Permintaan Sandaka si kelana kepada Y.M. Ananda
Isi Sutta:
empat cara yang meniadakan kehidupan suci ini telah dinyatakan oleh Yang Terberkahi yang mengetahui dan melihat, mantap dan sepenuhnya tercerahkan, dan juga empat jenis kehidupan suci tanpa penghiburan ini telah dinyatakan, di mana orang bijak pasti tidak akan menjalani kehidupan suci itu, atau sekalipun menjalani, dia tidak akan mencapai jalan sejati, Dhamma yang bajik.
Empat cara yang meniadakan kehidupan suci:
Seorang guru mempunyai doktrin dan pandangan seperti ini:
1.      Tidak ada yang diberikan, tidak ada yang ditawarkan, tidak ada yang dikorbankan; tidak ada buah atau akibat dari tindakan-tindakan yang baik dan buruk, tidak ada dunia ini, tidak ada dunia lain; tidak ada ibu, tidak ada ayah; tidak ada makhluk yang dilahirkan secara spontan; tidak ada petapa dan brahmana yang baik dan luhur di dunia ini yang membuat dirinya sendiri merealisasikan melalui pengetahuan langsung dan menyatakan dunia ini dan dunia lain.
Manusia terdiri dari empat elemen besar.
Ketika dia mati, tanah kembali dan masuk ke badan tanah, air kembali dan masuk ke badan air, api kembali dan masuk ke badan api, udara kembali dan masuk ke badan udara; kemampuan-pemampuan batin dipindahkan ke ruang angkasa.
Empat manusia dengan usungan mayat sebagai yang kelima mengusung jenasah. Pidato kematiannya berlangsung sejauh tempat penguburan mayat; tulang-tulang memutih; persembahan-persembahan yang dibakar berakhir dengan abu.
Berdana adalah doktrin orang-orang tolol.
Jika seseorang menekankan doktrin bahwa ada (berdana dan sejenisnya), hal itu ocehan kosong yang salah. Orang tolol dan orang bijak sama saja, terpotong dan musnah bersama hancurnya tubuh; setelah kematian mereka tidak lagi ada. Seandainya kata-kata guru yang baik ini memang benar, maka di sini (di dalam ajaran ini) aku telah melakukan (tugasku) dengan cara tidak melakukan (hal itu), di sini aku telah menjalani (kehidupan suci) dengan cara menjalani (-nya). Kita berdua persis sama di sini (di dalam ajaran ini), keduanya telah sampai pada kesamaan, tetapi aku tidak mengatakan bahwa kita berdua terputus dan musnah bersama hancurnya tubuh, bahwa setelah kematian kita tidak lagi ada. Tetapi sungguh berlebihan bagi guru yang baik ini untuk pergi ke mana-mana telanjang, berkepala gundul, memaksa diri dalam posisis jongkok, dan mencabuti rambut dan jenggotnya, karena aku, yang hidup di rumah yang dipenuhi anak, yang menggunakan cendana Benares, yang memakai untaian bunga, wewangian, dan salep, serta menerima emas dan perak, akan menuai tujuan yang persis sama, arah masa depan yang persis sama, seperti guru yang baik ini. Orang bijak mempertimbangkan dan  mendapati bahwa cara ini meniadakan kehidupan suci, dia berbalik darinya dan meninggalkannya.
2.      Bila seseorang bertindak atau membuat orang lain bertindak, bila seseorang melakukan mutilasi atau membuat orang lain melakukan mutilasi, bila seseorang menyiksa atau membuat orang lain melakukan penyiksaan, bila seseorang menyebabkan kesedihan atau membuat orang lain menyebabkan kesedihan, bila seseorang menekan atau membuat orang lain melakukan penekanan, bila seseorang mengintimidasi, atau membuat orang lain melakukan intimidasi, bila seseorang membunuh makhluk lain, mengambil apa yang tidak diberikan, mendobrak rumah, menjarah kekayaan, melakukan perampokan, menyerang di jalan raya, merayu istri orang lain, berbicara bohong, maka tidak ada kejahatan yang dilakukan oleh si pelaku. Seandainya saja, dengan noda berpelek pisau, seseorang membuat makhluk-makhluk hidup di bumi ini menjadi segumpal massa daging, menjadi seonggok gading, dikarenakan hal ini tidak akan ada kejahatan dan tidak ada akibat dari kejahatan.
Seandainya seseorang pergi menyusur tepi selatan sungai Gangga untuk membunuh dan membantai, melakukan mutilasi dan membuat orang lain melakukan mutilasi, menyiksa dan membuat orang lain melakukan penyiksaan, dikarenakan hal ini tidak akan ada kejahatan dan tidak ada akibat dari kejahatan. Seandainya seseorang pergi menyusur tepi utara sungai Gangga untuk memberikan hadian dan membuat orang lain memberikan hadiah, memberi persembahan dan membuat orang lain memberikan persembahan, dikarenakan hal ini tidak akan ada jasa kebajikan dan tidak ada akibat dari jasa kebajikan. Dengan berdana, dengan menjinakkan diri sendiri, dengan pengendalian diri, dengan berbicara kebenaran, tidak ada jasa kebajikan dan tidak ada akibat dari jasa kebajikan.
Jika kata-kata guru yang baik ini memang benar, maka di sini (di dalam ajaran ini) aku telah melaksanakan (tugasku) dengan tidak melakukan (-nya), di sini aku telah menjalani (kehidupan suci) dengan tidak menjalani (-nya). 
Kita berdua persis sama di sini (di dalam ajaran ini), keduanya telah sampai pada kesamaan, tetapi aku tidak mengatakan bahwa apa pun yang (kita) berdua lakukan, tidak ada kejahatan yang dilakukan. Tetapi sungguh berlebihan bagi guru yang baik ini. Orang bijak mempertimbangkan dan mendapati bahwa cara ini meniadakan kehidupan suci, dia berbalik darinya dan meninggalkannya.
3.      Tidak ada penyebab atau kondisi bagi kekotoran batin para makhluk: para makhluk menjadi kotor batinnya tanpa penyebab atu kondisi. Tidak ada penyebab atau kondisi bagi pemurnian para makhluk; para makhluk termurnikan tanpa penyebab atau kondisi. Tidak ada tenaga, tidak ada energi, tidak ada kekuatan manusia, tidak ada ketahanan manusia. Semua makhluk, semua yang hidup, semua yang tercipta, semua jiwa adalah tanpa penguasaan, tenaga, dan energi; dibentuk oleh nasib, keadaan, dan alam, mereka mengalami kesenangan dan kesakitan dalam enam kelompok.
Jika kata-kata guru yang baik ini memang benar, maka di sini (di dalam ajaran ini) aku telah melaksanakan (tugasku) dengan cara tidak melakukan (-nya), di sini aku telah menjalani (kehidupan suci) dengan cara tidak menjalani (-nya).
Kita berdua persis sama di sini (di dalam ajaran ini), keduanya telah sampai pada kesamaan, tetapi aku tidak mengatakan bahwa (kita) berdua akan dimurnikan tanpa penyebab dan kondisi, Tetapi sungguh berlebihan bagi guru yang baik ini. Orang bijak mempertimbangkan dan mendapati bahwa cara ini meniadakan kehidupan suci, Dia berbalik darinya dan meninggalkannya.
4.      Ada tujuh badan ini yang tidak dibuat, tidak dilahirkan, tidak diciptakan, tanpa pencipta, gersang berdiri bagaikan puncak gunung, berdiri bagaikan pilar. Mereka tidak bergerak atau berubah atau saling menghalangi. Tak satu pun dapat (membangkitkan) kesenangan atau kesakitan atau kesenangan dan kesakitan pada yang lain. Apakah yang tujuh itu? Mereka adalah badan-tanah, badan-air, badan-api, badan-udara, kesenangan, kesakitan, serta jiwa sebagai yang ketujuh. Tujuh badan ini tidak dibuat. Di sini tidak ada pembunuh, tidak ada pembantai, tidak ada pendengar, tidak ada pembicara, tidak ada pengkognisi, tidak ada pengisyarat. Bahkan mereka yang memacung kepala seseorang dengan pedang tajam tidak merenggut hidup siapa pun; pedang itu hanyalah melewati ruang diantara tujuh badan itu.
Ada empat belas ratus ribu jenis utama generasi. Dan enam-puluh ratus jenis, dan enam ratus jenis; ada lima ratus jenis tindakan, dan lima jenis tindakan, dan tiga jenis tindakan, dan tindakan serta setengah-tindakan; ada enam-puluh-dua cara, enam-puluh-dua sub-kalpa, enam kelompok, delapan alam manusia, empat-puluh-sembilan ratus jenis penghidupan, empat-puluh sembilan jenis kelana, empat-puluh-sembilan ratus tempat kediaman ular, dua-puluh ratus kemampuan, tiga-puluh ratus neraka, tiga-puluh-enam elemen debu, tujuh keturunan yang memahami, tujuh keturunan yang-tanpa-memahami, tujuh keturunan tanpa sarung-senjata, tujuh jenis dewa, tujuh jenis manusia, tujuh jenis iblis, tujuh danau, tujuh simpul, tujuh jenis jurang, tujuh ratus jenis jurang, tujuh jenis mimpi, tujuh ratus jenis mimpi; dan ada delapan-puluh-empat ratus ribu kalpa besar di sana, dan dengan cara berlari dan mengembara melalui lingkaran kelahiran ulang, orang tolol maupun orang bijak keduanya akan mengakhiri penderitaan.
Tidak ada satu pun dari ini:  “Melalui moralitas atau tirakat atau kepetapaan atau kehidupan suci, aku akan membuat tindakan yang belum-masak menjadi masak atau melenyapkan tindakan yang telah-masak bila tindakan itu datang.” Kesenangan dan kesakitan pun terbagi. Lingkaran kelahiran-ulang terbatas, tidak ada pemendekan atau perpanjangannya, tidak ada peningkatan atau penurunannya.
Persis seperti bola tali ketika dilemparkan menggelinding sejauh tali itu lepas dari gulungannya, begitu juga, dengan berlari dan mengembara melalui lingkaran kelahiran-ulang, orang tolol maupun orang bijak keduanya akan mengakhiri penderitaan.
Jika kata-kata guru yang baik ini memang benar, maka di sini (di dalam ajaran ini) aku telah melaksanakan (tugasku) dengan cara tidak melakukan (-nya), di sini aku telah menjalani (kehidupan suci) dengan cara tidak menjalani (-nya).
Kita berdua persis sama di sini (di dalam ajaran ini), keduanya telah sampai pada kesamaan, tetapi aku tidak mengatakan bahwa (kita) berdua akan mengakhiri penderitaan dengan cara berlari dan mengembara melalui lingkaran kelahiran-ulang. Tetapi sungguh berlebihan bagi guru yang baik ini untuk pergi ke mana-mana telanjang, berkepala gundul, memaksa diri dalam posisi jongkok, dan mencabuti rambut dan jenggotnya, karena aku, yang hidup di rumah yang dipenuhi anak, yang menggunakan cendana Benares, yang memakai untaian bunga, wewangian, dan salep, serta menerima emas dan perak, akan menuai tujuan yang persis sama, arah sama depan yang persis sama, seperti guru yang baik ini. Orang bijak mempertimbangkan dan mendapati bahwa cara ini meniadakan kehidupan suci, dia berbalik darinya dan meninggalkannya.
Empat jenis kehidupan suci tanpa penghiburan
seorang guru menyatakan:
1.      Sebagai mahatahu dan melihat segala, memiliki visi dan pengetahuan lengkap. Apakah aku sedang berjalan atau berdiri atau tidur atau terjaga, pengetahuan dan visi terus-menerus dan secara tak-terputus ada dalam diriku. Dia memasuki rumah kosong, dia tidak mendapatkan dana makanan, anjing menggigitnya, dia bertemu seekor gajah liar, kuda liar, banteng liar, dia menanyakan nama dan keluarga seorang perempuan atau laki-laki, dia menanyakan nama suatu desa atau kota, dan jalan menuju ke sana.
Ketika dia ditanya: Bagaimana hal ini?
Dia menjawab: Saya harus memasuki rumah kosong, itulah sebabnya saya memasukinya. Saya harus tidak mendapatkan dana makanan, itulah sebabnya saya tidak mendapatkan apa pun. Saya harus digigit anjing, itulah sebabnya saya digigit. Saya harus bertemu seekor gajah liar, kuda liar, anteng liar, itulah sebabnya saya bertemu dengan itu. Saya harus menanyakan nama dan keluarga seorang perempuan atau laki-laki, itulah sebabnya saya bertanya.
Saya harus menanyakan nama sebuah desa atau kota dan jalan menuju ke sana, itulah sebabnya saya bertanya.
Orang bijak mempertimbangkan dan mendapati bahwa kehidupan suci adalah tanpa penghiburan, dia berbalik darinya dan meninggalkannya.
2.      Di sini seorang guru adalah seorang tradisional, orang yang menganggap tradisi-lisan sebagai kebenaran; dia mengajarkan Dhamma melalui tradisi lisan, melalui legenda yang diwariskan, melalui apa yang sudah turun- menurun dalam kitab-kitab. Tetapi bila seorang guru adalah seorang tradisionalis, orang yang menganggap tradisi-lisan sebagai kebenaran, sebagian diingat dengan baik dan sebagian diingat dengan salah, sebagian benar dan sebagian sebaliknya.
Orang bijak mempertimbangkan dan mendapati bahwa kehidupan suci adalah tanpa penghiburan, dia berbalik darinya dan meninggalkannya.
3.      Di sini seorang guru adalah seorang penalar, seorang pencari-tahu. Dia mengajarkan Dhamma yang disusun dengan penalaran, yang mengikuti urutan pertanyaan ketika muncul di dalam dirinya. Tetapi bila guru itu adalah seorang penalar, seorang pencari-tahu, sebagian dinalarkan dengan baik dan sebagian dinalarkan secara salah, sebagian benar dan sebagian sebaliknya.
Orang bijak mempertimbangkan dan mendapati bahwa kehidupan suci adalah tanpa penghiburan, dia berbalik darinya dan meninggalkannya.
4.      Di sini seorang guru adalah bebal dan bingung. Karena dia bebal dan bingung, ketika ditanya tentang ini dan itu, dia terlibat dengan geliut lisan, dengan geliut belut: Saya tidak mengatakan hal itu seperti ini. Dan saya tidak mengatakan hal itu seperti itu. Dan saya tidak mengatakan hal itu sebaliknya. Dan saya tidak mengatakan hal itu tidak demikian. Dan saya tidak mengatakan hal itu bukannya tidak demikian.
Orang bijak mempertimbangkan dan mendapati bahwa kehidupan suci adalah tanpa penghiburan, dai berbalik darinya dan meninggalkannya.

Orang yang bijak pasti akan menjalani kehidupan suci itu, dan sementara menjalaninya dia akan mencapai jalan sejati, Dhamma yang bajik. Setelah meninggalkan lima rintangan, ketidak-sempurnaan pikiran yang melemahkan kebijaksanaan, sangat terpisah dari kesenangan-kesenanan indera, terpisah dari keadaan-keadaan yang tak-bajik, dia masuk dan berdiam di dalam jhana pertama, yang dibarengi pemikiran pemicu dan pemikiran yang bertahan, dengan kegiuran dan kesenangan yang terlahir dari kesendirian.
Dengan berhentinya pemikiran pemicu dan pemikiran yang bertahan, dia masuk dan berdiam di dalam jhana kedua…Dengan juga melemahnya kegiuran…dia masuk dan berdiam di dalam jhana ketiga…Dengan ditinggalkannya kesenangan dan penderitaan … dia masuk dan berdiam di dalam jhana keempat. Orang yang bijak pasti akan menjalani kehidupan suci dengan guru yang dibawahnya seorang siswa mencapai pembedaan yang tinggi, dan sementara menjalaninya dia akan mencapai jalan sejati, Dhamma yang bajik.

Hasil:

Demikianlah Sandaka si kelana mendorong kelompoknya sendiri untuk menjalani kehidupan suci di bawah Yang Terberkahi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar