Sabtu, 14 Desember 2013

sejarah agama buddha

SEJARAH SINGKAT AGAMA BUDDHA
Periode Ketiga : 500-1000 M
1.    India
peristiwa penting yang terjadi di India pada periode ketiga ini adalah munclnya Tantra. Tantra adalah pemikiran kereatif Buddha di India yang ketiga, tertinggi, dan terakhir. Perkembangan tantra yang pertama disebut Mantrayana, yang dimulai pada abad ke-4 dan mencapai kemajuan setelah tahun 500 M.
Tantra merupakan cabang dari Yogacara Mahayana. Umat Buddha pada masa itu mengandalkan mahluk-mahluk luhur untuk mendapatkan perlindungan. Sekitar tahun 400 M, Tara dan prajnaparamitha dipuja sebagai Bodhisatwa kosmis. Setelah tahun 300  M, secaara sporadis segala jenis mantra dimasukan ke dalam kitab-kitab suci yang disebut Dharani.
Ledakan kereatif Tantra pertama telah menimbulkan kekacauan asumsi daya-daya kosmis dan spiritual, dan Vajrayanalah (750) yang menertaibkan kekacauan itu.
Perkembangan selanjutnya agama Buddha di India utara. Pada abad ke-7, Harsavardana keturunan Asoka melindungi agama Buddha. Dari abad ke-6 sampai ke-9, Nalanda menjadi pusat pemikiran yang hidup bagi seluruh dunia Buddha. Dibawah Dinasti Pala dari Bengallah (750-1150) M, pusat-pusat baru dibangun di India timur, yang merupakan pusat penyebaran kebudayaan Buddhis ke Asia selama abad ke-9 hingga ke-12.
Sintesis Pala dari ajaran Mahayana menunjukan vitalitas yang mengagumkan. Walaupun dihancurkan oleh umat Muslim di Bengal, ajaran ini menyebar ke Jawa, Nepal, dan di Tibet, terus bertahan sebagai tradisi yang hidup hingga skarang.

2.    Nepal dan Kashmir
Di Nepal, agama Buddha terus berkembang sebagai cabang dari agama Buddha dari India utara.  Antara abad ke-7 dan 8 banyak orang Tibet yang datang ke Nepal untuk mempelajari agama Buddha India.
Pada awal periode ini, angha dari Kashmir mengalami kemunduran yang serius akibat serbuan bangsa Hun, yang di bawah Mihirkula (515) M menghancurkan negara itu dan menganiaya para Bhikkhu. Kemakmuran baru terjadi pada abad ke-7 dan 8 di bawah penguasa Karkta. Penyebaran Tantra dan Devosionalisme mendekatkan agama Buddha ke Sivaisme. Pada abad ke-9 banyak Bhikksu kashmir yang pergi ke Tibet.

3.    Sri Lanka
Pada masa ini Theravada berhasil mengadakan ekspansi ke luar Sri Lanka. Abhidhamma sangat dihormati dan pada saat yang sama  ilmu gaib mulai diterapkan. Sekitar tahun 660 M, pertama kalinya pembacaan paritta sebagai suatu upacara, yang menjadi ciri khas bagi agama Buddha d Sri Lanka selanjutnya.
Abhayagiri terus memasukkan berbagai segi Mahayana dan hubungan dengan Mahavihara tetap buruk. Sekitar tahun 620 M, anggota-nanggota Mahavihara menolak permintaan raja agar mereka mengadakan upacara Uposatha bersama-sama dengan kaum Abhayagiri, dan sekitar tahun 650 M kalangan Mahavihara sangat marah pada raja karena bantuan-bantuan yang diberikan kepada Abhayagiri.
Pada abad ke-9, ajaran Vajrayana disebarkan oleh seorang Bhiksu India yang tinggal di Abhayagiri dan raja sangat tertarik pada ajaran ini. Pada periode Polonnaruva, sejak akhir abad ke-8 pengaruh-pengaruh Hindu mulai masuk ke dalam praktik-praktik Buddha.

4.    Asia Tengah
Di bawah Dinasti Tang, Asia tengah kembali menjadi perantara antara China dan India, karena antara tahun 692 dan 800 ia kembali menjadi bagian dari kekaisaran China. Pada abad ke-9, bangsa Uigur mengubah agamanya menjadi agama Budha yang semula menganut Manichean dan banyak sekali karya-karya Budhais yang diterjemahkan kedalam bahsa Sanskerta. Setelah tahun 900 M, penduduk Islam di Turki menggantikan bangsa Indo-Eropa Buddha di Asia tengah.


5.    Asia Tenggara

Menjelang abad ke-5dan ke-6, agama Buddha Mahayana dan Hinayana telah menyusup ke Burma. Mulanya ia masuk dari daerah Pallava di India selatan (Magadha) dan kaum Sarvastivada juga telah berkembang baik selama beberapa lama. Sejak abad ke-9, agam Buddha Pala masuk dari Bihar dan Bengal, hal ini menyebabkan terbentuknya suatu organisasi Bhiksu yang kuat yang menamakan diri mereka “Aris” (arya “mulia”).
Percampuran Sivaisme dan Mahayana pertama-tama di Fu-nan dan setelah tahun 540 M di kerajaan Khmer (Kamboja) di mana Angkor menjadi ibukotanya pada taun 802 M. Hingga kurang lebih 1.000 M, sinkretisasi Sivaisme dan Mahayana kurang kuat di sana dan ada juga Sammitiya dan Sarvastivada.
Pengaruh Srivijaya banyak memperkuat Mahayana selama abad ke-9, di Indo-China.
Agama Buddha ada di Srivijaya sejak dari abad ke-5 yang di bawa oleh imigran-imigran dari India tenggara. Kaisar kerajaan Srivjaya ssetelah tahun 675 M membuat agama Buddha menggantikan Brahmanisme. Pada abad ke-7 di Sumatera (svarnadipa), Sarvastivada mendominasi.
Belakangan Vajrayana dibawa masuk dari universitas Pala. Hal yang sama terjadi di Jawa tengah, di bawah Dinasti Sailendra sejak abad ke-8, walaupun Sivaisme tetap kuat pengaruhnya. Sailendra mengisi daratan Kedu dengan candi-candi yang indah. Yang paling terkenal adalah candi Borobudur, sebuah stupa yang dibangun pada abad ke-6.

6.    China dan Korea
Selama tiga abad antara tahun 500dan 800 M merupakan tahun-tahun yang paling makmur dan kfreatif bagi agama Budha di China. 8 mazhab lokal muncul selama periode ini, yaitu:
1.      Lu-tsung, didirikan oleh Tao-Hsuan (595-667 M)
2.      San-lun, didirikan oleh Chi-tsang (549-623 M)
3.      Weih-shih, didirikan oleh Yuan-tsang (596-664 M)
4.      Mi-tsung, didirikan oleh Amoghavajra (705-774 M)
5.      Hua-yen-tsung, didirikan oleh Tu-shun (557-640 M)
6.      T’ien-t’ai, didirikan oleh Chih-k’ai (538-597 M)
7.      Ching-t’u didirikan oleh Shan-tao (613-681 M)
8.      Sekolah C’han, dikatakan telah didirikan oleh Bodhidharma (master Zen ke 28) sekitar tahun 520 M.

Mazhab pertama, atau sekte winaya, tidak penting dalam hal doktrin, tujuannya aalah untuk bekerja lebih ketat sesuai winaya, khususnya mengenai penahbisa dan pindapata.
Tiga mazhab berikutnya adalah sistem skolastik India yang lebih kurang merupakan suatu aliran yang asing bagi agama Buddha di China. San-lun adalah bentuk China dari Madhayamika.
Weih-shih adalah yogacara versi china dan buku teks dasarny adalah Ch’eng Weih-shih Tun, “penyelesain Doktrin semata”. Tujuan sekolah ini adalah membuang segala objek dan memahami bahwa semuanya adalah “gambaran mental yang tergantung pada evolusi kesadaran”. Akan tetapi ajaran-ajaran dan sikapnya tidak sesuai dengan kecenderungan umum mentalitas bangsa china.
Mi-tsung, atau “ajaran rahasia” merupakan bentuk tantra china. Aliran ini di kenal sebagai Chen Yen, aliran “mantra”. Pada abad kedelapan, tiga orang india yaitu Subhakarasimha (637-735), Vajrabodhi (670-741), dan Amoghavajra (705-74) membawa masuk sistem tantra bertipe non shakti ke china dan berpengaruh dalam istana raja Tang.
Tiga mazab berikutnya mendapat asimilasi lebih tinggi derajatnya. Yang pertama yaitu Hua-yen-tsung yang secara harafia berarti aliran “Rangkain Bunga” yang mengambarkan hubungan antara Yogacara dan tantra. Ia berasal dari pelajaran Avatamsaka sutra dari bangsa india. Alam indera adalah refleksi terhadap dunia luar dan misteri kebenaran dapat di lihat di mana-mana. Doktri ini sangat memengaruhi sikap terhadap alam di timur jauh dan mengilhami seniman di china dan belakangan di jepang. Mazab Hua-yen berdiri kira-kira di tahun 630 M, berlangsung sehingga kira-kira 1000 M. Salah seorang gurunya yang ternama adalah Fa-sang (643-712) keturunan keluarga Sogdian awalnya adalah murid Yuan-tsang, menulis karya penting “meditasi menghilangkan imajinasi yang menyimpang dengannya kita kembali ke asal”. Tapi kemudian ia melampaui doktri yogacara dengan menyatakan bahwa segala sesuatu mempunyai tiga ciri atau karakterisrik, yakni:
1. secara eksistensial, tiap objek bertemu, tiap “partikel debu” di dalamnya mengandung alam realitas (Dharma dathu) dalam keseluruhan hakikatnya.
2. sebagai ciptaan objek itu dapat menimbulkan segala jenis kebaikan, dan karennya setiap obek dapat mengungkapkan rahasia seluruh dunia.
3. dalam tiap partikel dapat di rasakan kesunyaan realitas sejati.
Enam jenis perenungan rekomondasi bagi para murid:
1. Melihat kedalam keheningan batin, segala hal kembali padanya.
2. Menyadari bahwa dunia khusus ada karena adanya batin yang satu.
3. Mengamati saling keterkaitan semua benda yang sempurna dan misterius.
4. Mengamati bahwa tidak ada pun selain kesedemikian, bayangan semua benda dan tidak saling mengganggu.
5. Mengamati bahwa cermin kesamaan mencerminkanbayangan semua benda dan tidak saling mengganggu.
6. Mengamati bahwa bila suatu objek khas diambil, maka yang lainnya ikut juga diambil bersamanya.

Secara resmi agama Buddha masuk ke korea pada tahun 372 M dan sekitar tahun 525 telah menyebar keseluruh negeri. Antara tahun 550 dan 664, agama Buddha menjadi agama negara dan kekuasaanya terus bertambah. Agama buddha di korea sangat berarti karena korea berperan sebagai penghubung antara china dan jepang.

7. Jepang 
Sekitar tahun 550, agama Buddha masuk ke Jepang dari Korea, sebagai salah satu unsur pembentuk peradaban China dan seorang negarawan ternama, Shotoku Taishi (523-621) menggunakannya sebagai sejenis agama. Seperti di Tibet dengan para dewa lokalnya, dewa-dewa Shinto pada mulanya di katakan merupakan pelindung dan penjaga agama Buddha. Sebelum tahun 700 empat sekte masuk, yaitu Jojitsu (625), Sanron (625), Hosso (645), Kusha (658). Lalu ada  Hua-yen (730) sekarang disebut Kegon. Juga sekte winaya (753) yang di sebut Risshu.
Jauh lebih penting sekte-sekte yang msk selama periode Heian (794-1186),yang di dominasi oleh Tendai dan Shingon yang pusatnya berada di puncak dua gunung. Yang satu di banggun oleh Daishi (767-822), yang lainnya di banggun oleh Kobo Daishi (774-835).

8. Tibet
Agama Buddha di Tibet menurut ceritanya di mulai sekitar tahun 650, tetapi baru mencapai kemajuan besar seabad kemudian. Di bawah raja Ral-pa-can (817-36) mencapai puncak kejayaannya. Pada tahun 787, wihara pertama selesai di banggun di bSam Yas, biksu-biksu  mulai ditahbiskan  oleh Santaraksita.sekitar tahun 825, berbagai upaya besar di lakukan untuk memastikan ketelitian terjemahan dan istilah-istilah yang di bakukan oleh suatu komisi yang terdiri dari pandita di india dan lotsaba tibet.
Empat sistem atau jalan pikiran utama:
1. Dari Barat, dari lembah Swat, masuklah gagasan Tantrik dari Padmasambhava. Mentalitas padmasambhava mempunyai banyak persamaan dengan menalitas Bon.
2. Dari selatan masuklah Perpaduan Pala dari Mahayana, yang di bawa oleh beberapa cendekiawan terkemuka dari universitas di Magadha. Kombinasi prajnaparamita dan tantra menjadi pusat tradisi agama Buddha, kombinasi ini selalu memberikan nilai khusus bagi Abhisamayalankara.
3. Dari barat daya, Sarvastiavada berusahan mencari kedudukannya di Tibet. Sarvastiavada tidak berlahan lama di dunia yang penuh dengan ilmu sihir dan kegaiban.
4. Dari timur, banyak sekali biksu China dari sekte Ch’an muncul di Tibet dan berusaha mengubah agama penduduk Tibet sesuai dengan ajaran mereka. Mereka ter;libat konflik dengan pandita India dari ortodoks Pala dan kalah telak di dalam dewan pSam Yas yang terkenal di tahun 793-4.


sejarah agama buddha

SEJARAH SINGKAT AGAMA BUDDHA
Periode Ketiga : 500-1000 M
1.    India
peristiwa penting yang terjadi di India pada periode ketiga ini adalah munclnya Tantra. Tantra adalah pemikiran kereatif Buddha di India yang ketiga, tertinggi, dan terakhir. Perkembangan tantra yang pertama disebut Mantrayana, yang dimulai pada abad ke-4 dan mencapai kemajuan setelah tahun 500 M.
Tantra merupakan cabang dari Yogacara Mahayana. Umat Buddha pada masa itu mengandalkan mahluk-mahluk luhur untuk mendapatkan perlindungan. Sekitar tahun 400 M, Tara dan prajnaparamitha dipuja sebagai Bodhisatwa kosmis. Setelah tahun 300  M, secaara sporadis segala jenis mantra dimasukan ke dalam kitab-kitab suci yang disebut Dharani.
Ledakan kereatif Tantra pertama telah menimbulkan kekacauan asumsi daya-daya kosmis dan spiritual, dan Vajrayanalah (750) yang menertaibkan kekacauan itu.
Perkembangan selanjutnya agama Buddha di India utara. Pada abad ke-7, Harsavardana keturunan Asoka melindungi agama Buddha. Dari abad ke-6 sampai ke-9, Nalanda menjadi pusat pemikiran yang hidup bagi seluruh dunia Buddha. Dibawah Dinasti Pala dari Bengallah (750-1150) M, pusat-pusat baru dibangun di India timur, yang merupakan pusat penyebaran kebudayaan Buddhis ke Asia selama abad ke-9 hingga ke-12.
Sintesis Pala dari ajaran Mahayana menunjukan vitalitas yang mengagumkan. Walaupun dihancurkan oleh umat Muslim di Bengal, ajaran ini menyebar ke Jawa, Nepal, dan di Tibet, terus bertahan sebagai tradisi yang hidup hingga skarang.

2.    Nepal dan Kashmir
Di Nepal, agama Buddha terus berkembang sebagai cabang dari agama Buddha dari India utara.  Antara abad ke-7 dan 8 banyak orang Tibet yang datang ke Nepal untuk mempelajari agama Buddha India.
Pada awal periode ini, angha dari Kashmir mengalami kemunduran yang serius akibat serbuan bangsa Hun, yang di bawah Mihirkula (515) M menghancurkan negara itu dan menganiaya para Bhikkhu. Kemakmuran baru terjadi pada abad ke-7 dan 8 di bawah penguasa Karkta. Penyebaran Tantra dan Devosionalisme mendekatkan agama Buddha ke Sivaisme. Pada abad ke-9 banyak Bhikksu kashmir yang pergi ke Tibet.

3.    Sri Lanka
Pada masa ini Theravada berhasil mengadakan ekspansi ke luar Sri Lanka. Abhidhamma sangat dihormati dan pada saat yang sama  ilmu gaib mulai diterapkan. Sekitar tahun 660 M, pertama kalinya pembacaan paritta sebagai suatu upacara, yang menjadi ciri khas bagi agama Buddha d Sri Lanka selanjutnya.
Abhayagiri terus memasukkan berbagai segi Mahayana dan hubungan dengan Mahavihara tetap buruk. Sekitar tahun 620 M, anggota-nanggota Mahavihara menolak permintaan raja agar mereka mengadakan upacara Uposatha bersama-sama dengan kaum Abhayagiri, dan sekitar tahun 650 M kalangan Mahavihara sangat marah pada raja karena bantuan-bantuan yang diberikan kepada Abhayagiri.
Pada abad ke-9, ajaran Vajrayana disebarkan oleh seorang Bhiksu India yang tinggal di Abhayagiri dan raja sangat tertarik pada ajaran ini. Pada periode Polonnaruva, sejak akhir abad ke-8 pengaruh-pengaruh Hindu mulai masuk ke dalam praktik-praktik Buddha.

4.    Asia Tengah
Di bawah Dinasti Tang, Asia tengah kembali menjadi perantara antara China dan India, karena antara tahun 692 dan 800 ia kembali menjadi bagian dari kekaisaran China. Pada abad ke-9, bangsa Uigur mengubah agamanya menjadi agama Budha yang semula menganut Manichean dan banyak sekali karya-karya Budhais yang diterjemahkan kedalam bahsa Sanskerta. Setelah tahun 900 M, penduduk Islam di Turki menggantikan bangsa Indo-Eropa Buddha di Asia tengah.


5.    Asia Tenggara

Menjelang abad ke-5dan ke-6, agama Buddha Mahayana dan Hinayana telah menyusup ke Burma. Mulanya ia masuk dari daerah Pallava di India selatan (Magadha) dan kaum Sarvastivada juga telah berkembang baik selama beberapa lama. Sejak abad ke-9, agam Buddha Pala masuk dari Bihar dan Bengal, hal ini menyebabkan terbentuknya suatu organisasi Bhiksu yang kuat yang menamakan diri mereka “Aris” (arya “mulia”).
Percampuran Sivaisme dan Mahayana pertama-tama di Fu-nan dan setelah tahun 540 M di kerajaan Khmer (Kamboja) di mana Angkor menjadi ibukotanya pada taun 802 M. Hingga kurang lebih 1.000 M, sinkretisasi Sivaisme dan Mahayana kurang kuat di sana dan ada juga Sammitiya dan Sarvastivada.
Pengaruh Srivijaya banyak memperkuat Mahayana selama abad ke-9, di Indo-China.
Agama Buddha ada di Srivijaya sejak dari abad ke-5 yang di bawa oleh imigran-imigran dari India tenggara. Kaisar kerajaan Srivjaya ssetelah tahun 675 M membuat agama Buddha menggantikan Brahmanisme. Pada abad ke-7 di Sumatera (svarnadipa), Sarvastivada mendominasi.
Belakangan Vajrayana dibawa masuk dari universitas Pala. Hal yang sama terjadi di Jawa tengah, di bawah Dinasti Sailendra sejak abad ke-8, walaupun Sivaisme tetap kuat pengaruhnya. Sailendra mengisi daratan Kedu dengan candi-candi yang indah. Yang paling terkenal adalah candi Borobudur, sebuah stupa yang dibangun pada abad ke-6.

6.    China dan Korea
Selama tiga abad antara tahun 500dan 800 M merupakan tahun-tahun yang paling makmur dan kfreatif bagi agama Budha di China. 8 mazhab lokal muncul selama periode ini, yaitu:
1.      Lu-tsung, didirikan oleh Tao-Hsuan (595-667 M)
2.      San-lun, didirikan oleh Chi-tsang (549-623 M)
3.      Weih-shih, didirikan oleh Yuan-tsang (596-664 M)
4.      Mi-tsung, didirikan oleh Amoghavajra (705-774 M)
5.      Hua-yen-tsung, didirikan oleh Tu-shun (557-640 M)
6.      T’ien-t’ai, didirikan oleh Chih-k’ai (538-597 M)
7.      Ching-t’u didirikan oleh Shan-tao (613-681 M)
8.      Sekolah C’han, dikatakan telah didirikan oleh Bodhidharma (master Zen ke 28) sekitar tahun 520 M.

Mazhab pertama, atau sekte winaya, tidak penting dalam hal doktrin, tujuannya aalah untuk bekerja lebih ketat sesuai winaya, khususnya mengenai penahbisa dan pindapata.
Tiga mazhab berikutnya adalah sistem skolastik India yang lebih kurang merupakan suatu aliran yang asing bagi agama Buddha di China. San-lun adalah bentuk China dari Madhayamika.
Weih-shih adalah yogacara versi china dan buku teks dasarny adalah Ch’eng Weih-shih Tun, “penyelesain Doktrin semata”. Tujuan sekolah ini adalah membuang segala objek dan memahami bahwa semuanya adalah “gambaran mental yang tergantung pada evolusi kesadaran”. Akan tetapi ajaran-ajaran dan sikapnya tidak sesuai dengan kecenderungan umum mentalitas bangsa china.
Mi-tsung, atau “ajaran rahasia” merupakan bentuk tantra china. Aliran ini di kenal sebagai Chen Yen, aliran “mantra”. Pada abad kedelapan, tiga orang india yaitu Subhakarasimha (637-735), Vajrabodhi (670-741), dan Amoghavajra (705-74) membawa masuk sistem tantra bertipe non shakti ke china dan berpengaruh dalam istana raja Tang.
Tiga mazab berikutnya mendapat asimilasi lebih tinggi derajatnya. Yang pertama yaitu Hua-yen-tsung yang secara harafia berarti aliran “Rangkain Bunga” yang mengambarkan hubungan antara Yogacara dan tantra. Ia berasal dari pelajaran Avatamsaka sutra dari bangsa india. Alam indera adalah refleksi terhadap dunia luar dan misteri kebenaran dapat di lihat di mana-mana. Doktri ini sangat memengaruhi sikap terhadap alam di timur jauh dan mengilhami seniman di china dan belakangan di jepang. Mazab Hua-yen berdiri kira-kira di tahun 630 M, berlangsung sehingga kira-kira 1000 M. Salah seorang gurunya yang ternama adalah Fa-sang (643-712) keturunan keluarga Sogdian awalnya adalah murid Yuan-tsang, menulis karya penting “meditasi menghilangkan imajinasi yang menyimpang dengannya kita kembali ke asal”. Tapi kemudian ia melampaui doktri yogacara dengan menyatakan bahwa segala sesuatu mempunyai tiga ciri atau karakterisrik, yakni:
1. secara eksistensial, tiap objek bertemu, tiap “partikel debu” di dalamnya mengandung alam realitas (Dharma dathu) dalam keseluruhan hakikatnya.
2. sebagai ciptaan objek itu dapat menimbulkan segala jenis kebaikan, dan karennya setiap obek dapat mengungkapkan rahasia seluruh dunia.
3. dalam tiap partikel dapat di rasakan kesunyaan realitas sejati.
Enam jenis perenungan rekomondasi bagi para murid:
1. Melihat kedalam keheningan batin, segala hal kembali padanya.
2. Menyadari bahwa dunia khusus ada karena adanya batin yang satu.
3. Mengamati saling keterkaitan semua benda yang sempurna dan misterius.
4. Mengamati bahwa tidak ada pun selain kesedemikian, bayangan semua benda dan tidak saling mengganggu.
5. Mengamati bahwa cermin kesamaan mencerminkanbayangan semua benda dan tidak saling mengganggu.
6. Mengamati bahwa bila suatu objek khas diambil, maka yang lainnya ikut juga diambil bersamanya.

Secara resmi agama Buddha masuk ke korea pada tahun 372 M dan sekitar tahun 525 telah menyebar keseluruh negeri. Antara tahun 550 dan 664, agama Buddha menjadi agama negara dan kekuasaanya terus bertambah. Agama buddha di korea sangat berarti karena korea berperan sebagai penghubung antara china dan jepang.

7. Jepang 
Sekitar tahun 550, agama Buddha masuk ke Jepang dari Korea, sebagai salah satu unsur pembentuk peradaban China dan seorang negarawan ternama, Shotoku Taishi (523-621) menggunakannya sebagai sejenis agama. Seperti di Tibet dengan para dewa lokalnya, dewa-dewa Shinto pada mulanya di katakan merupakan pelindung dan penjaga agama Buddha. Sebelum tahun 700 empat sekte masuk, yaitu Jojitsu (625), Sanron (625), Hosso (645), Kusha (658). Lalu ada  Hua-yen (730) sekarang disebut Kegon. Juga sekte winaya (753) yang di sebut Risshu.
Jauh lebih penting sekte-sekte yang msk selama periode Heian (794-1186),yang di dominasi oleh Tendai dan Shingon yang pusatnya berada di puncak dua gunung. Yang satu di banggun oleh Daishi (767-822), yang lainnya di banggun oleh Kobo Daishi (774-835).

8. Tibet
Agama Buddha di Tibet menurut ceritanya di mulai sekitar tahun 650, tetapi baru mencapai kemajuan besar seabad kemudian. Di bawah raja Ral-pa-can (817-36) mencapai puncak kejayaannya. Pada tahun 787, wihara pertama selesai di banggun di bSam Yas, biksu-biksu  mulai ditahbiskan  oleh Santaraksita.sekitar tahun 825, berbagai upaya besar di lakukan untuk memastikan ketelitian terjemahan dan istilah-istilah yang di bakukan oleh suatu komisi yang terdiri dari pandita di india dan lotsaba tibet.
Empat sistem atau jalan pikiran utama:
1. Dari Barat, dari lembah Swat, masuklah gagasan Tantrik dari Padmasambhava. Mentalitas padmasambhava mempunyai banyak persamaan dengan menalitas Bon.
2. Dari selatan masuklah Perpaduan Pala dari Mahayana, yang di bawa oleh beberapa cendekiawan terkemuka dari universitas di Magadha. Kombinasi prajnaparamita dan tantra menjadi pusat tradisi agama Buddha, kombinasi ini selalu memberikan nilai khusus bagi Abhisamayalankara.
3. Dari barat daya, Sarvastiavada berusahan mencari kedudukannya di Tibet. Sarvastiavada tidak berlahan lama di dunia yang penuh dengan ilmu sihir dan kegaiban.
4. Dari timur, banyak sekali biksu China dari sekte Ch’an muncul di Tibet dan berusaha mengubah agama penduduk Tibet sesuai dengan ajaran mereka. Mereka ter;libat konflik dengan pandita India dari ortodoks Pala dan kalah telak di dalam dewan pSam Yas yang terkenal di tahun 793-4.


sejarah agama buddha

SEJARAH SINGKAT AGAMA BUDDHA
Periode Ketiga : 500-1000 M
1.    India
peristiwa penting yang terjadi di India pada periode ketiga ini adalah munclnya Tantra. Tantra adalah pemikiran kereatif Buddha di India yang ketiga, tertinggi, dan terakhir. Perkembangan tantra yang pertama disebut Mantrayana, yang dimulai pada abad ke-4 dan mencapai kemajuan setelah tahun 500 M.
Tantra merupakan cabang dari Yogacara Mahayana. Umat Buddha pada masa itu mengandalkan mahluk-mahluk luhur untuk mendapatkan perlindungan. Sekitar tahun 400 M, Tara dan prajnaparamitha dipuja sebagai Bodhisatwa kosmis. Setelah tahun 300  M, secaara sporadis segala jenis mantra dimasukan ke dalam kitab-kitab suci yang disebut Dharani.
Ledakan kereatif Tantra pertama telah menimbulkan kekacauan asumsi daya-daya kosmis dan spiritual, dan Vajrayanalah (750) yang menertaibkan kekacauan itu.
Perkembangan selanjutnya agama Buddha di India utara. Pada abad ke-7, Harsavardana keturunan Asoka melindungi agama Buddha. Dari abad ke-6 sampai ke-9, Nalanda menjadi pusat pemikiran yang hidup bagi seluruh dunia Buddha. Dibawah Dinasti Pala dari Bengallah (750-1150) M, pusat-pusat baru dibangun di India timur, yang merupakan pusat penyebaran kebudayaan Buddhis ke Asia selama abad ke-9 hingga ke-12.
Sintesis Pala dari ajaran Mahayana menunjukan vitalitas yang mengagumkan. Walaupun dihancurkan oleh umat Muslim di Bengal, ajaran ini menyebar ke Jawa, Nepal, dan di Tibet, terus bertahan sebagai tradisi yang hidup hingga skarang.

2.    Nepal dan Kashmir
Di Nepal, agama Buddha terus berkembang sebagai cabang dari agama Buddha dari India utara.  Antara abad ke-7 dan 8 banyak orang Tibet yang datang ke Nepal untuk mempelajari agama Buddha India.
Pada awal periode ini, angha dari Kashmir mengalami kemunduran yang serius akibat serbuan bangsa Hun, yang di bawah Mihirkula (515) M menghancurkan negara itu dan menganiaya para Bhikkhu. Kemakmuran baru terjadi pada abad ke-7 dan 8 di bawah penguasa Karkta. Penyebaran Tantra dan Devosionalisme mendekatkan agama Buddha ke Sivaisme. Pada abad ke-9 banyak Bhikksu kashmir yang pergi ke Tibet.

3.    Sri Lanka
Pada masa ini Theravada berhasil mengadakan ekspansi ke luar Sri Lanka. Abhidhamma sangat dihormati dan pada saat yang sama  ilmu gaib mulai diterapkan. Sekitar tahun 660 M, pertama kalinya pembacaan paritta sebagai suatu upacara, yang menjadi ciri khas bagi agama Buddha d Sri Lanka selanjutnya.
Abhayagiri terus memasukkan berbagai segi Mahayana dan hubungan dengan Mahavihara tetap buruk. Sekitar tahun 620 M, anggota-nanggota Mahavihara menolak permintaan raja agar mereka mengadakan upacara Uposatha bersama-sama dengan kaum Abhayagiri, dan sekitar tahun 650 M kalangan Mahavihara sangat marah pada raja karena bantuan-bantuan yang diberikan kepada Abhayagiri.
Pada abad ke-9, ajaran Vajrayana disebarkan oleh seorang Bhiksu India yang tinggal di Abhayagiri dan raja sangat tertarik pada ajaran ini. Pada periode Polonnaruva, sejak akhir abad ke-8 pengaruh-pengaruh Hindu mulai masuk ke dalam praktik-praktik Buddha.

4.    Asia Tengah
Di bawah Dinasti Tang, Asia tengah kembali menjadi perantara antara China dan India, karena antara tahun 692 dan 800 ia kembali menjadi bagian dari kekaisaran China. Pada abad ke-9, bangsa Uigur mengubah agamanya menjadi agama Budha yang semula menganut Manichean dan banyak sekali karya-karya Budhais yang diterjemahkan kedalam bahsa Sanskerta. Setelah tahun 900 M, penduduk Islam di Turki menggantikan bangsa Indo-Eropa Buddha di Asia tengah.


5.    Asia Tenggara

Menjelang abad ke-5dan ke-6, agama Buddha Mahayana dan Hinayana telah menyusup ke Burma. Mulanya ia masuk dari daerah Pallava di India selatan (Magadha) dan kaum Sarvastivada juga telah berkembang baik selama beberapa lama. Sejak abad ke-9, agam Buddha Pala masuk dari Bihar dan Bengal, hal ini menyebabkan terbentuknya suatu organisasi Bhiksu yang kuat yang menamakan diri mereka “Aris” (arya “mulia”).
Percampuran Sivaisme dan Mahayana pertama-tama di Fu-nan dan setelah tahun 540 M di kerajaan Khmer (Kamboja) di mana Angkor menjadi ibukotanya pada taun 802 M. Hingga kurang lebih 1.000 M, sinkretisasi Sivaisme dan Mahayana kurang kuat di sana dan ada juga Sammitiya dan Sarvastivada.
Pengaruh Srivijaya banyak memperkuat Mahayana selama abad ke-9, di Indo-China.
Agama Buddha ada di Srivijaya sejak dari abad ke-5 yang di bawa oleh imigran-imigran dari India tenggara. Kaisar kerajaan Srivjaya ssetelah tahun 675 M membuat agama Buddha menggantikan Brahmanisme. Pada abad ke-7 di Sumatera (svarnadipa), Sarvastivada mendominasi.
Belakangan Vajrayana dibawa masuk dari universitas Pala. Hal yang sama terjadi di Jawa tengah, di bawah Dinasti Sailendra sejak abad ke-8, walaupun Sivaisme tetap kuat pengaruhnya. Sailendra mengisi daratan Kedu dengan candi-candi yang indah. Yang paling terkenal adalah candi Borobudur, sebuah stupa yang dibangun pada abad ke-6.

6.    China dan Korea
Selama tiga abad antara tahun 500dan 800 M merupakan tahun-tahun yang paling makmur dan kfreatif bagi agama Budha di China. 8 mazhab lokal muncul selama periode ini, yaitu:
1.      Lu-tsung, didirikan oleh Tao-Hsuan (595-667 M)
2.      San-lun, didirikan oleh Chi-tsang (549-623 M)
3.      Weih-shih, didirikan oleh Yuan-tsang (596-664 M)
4.      Mi-tsung, didirikan oleh Amoghavajra (705-774 M)
5.      Hua-yen-tsung, didirikan oleh Tu-shun (557-640 M)
6.      T’ien-t’ai, didirikan oleh Chih-k’ai (538-597 M)
7.      Ching-t’u didirikan oleh Shan-tao (613-681 M)
8.      Sekolah C’han, dikatakan telah didirikan oleh Bodhidharma (master Zen ke 28) sekitar tahun 520 M.

Mazhab pertama, atau sekte winaya, tidak penting dalam hal doktrin, tujuannya aalah untuk bekerja lebih ketat sesuai winaya, khususnya mengenai penahbisa dan pindapata.
Tiga mazhab berikutnya adalah sistem skolastik India yang lebih kurang merupakan suatu aliran yang asing bagi agama Buddha di China. San-lun adalah bentuk China dari Madhayamika.
Weih-shih adalah yogacara versi china dan buku teks dasarny adalah Ch’eng Weih-shih Tun, “penyelesain Doktrin semata”. Tujuan sekolah ini adalah membuang segala objek dan memahami bahwa semuanya adalah “gambaran mental yang tergantung pada evolusi kesadaran”. Akan tetapi ajaran-ajaran dan sikapnya tidak sesuai dengan kecenderungan umum mentalitas bangsa china.
Mi-tsung, atau “ajaran rahasia” merupakan bentuk tantra china. Aliran ini di kenal sebagai Chen Yen, aliran “mantra”. Pada abad kedelapan, tiga orang india yaitu Subhakarasimha (637-735), Vajrabodhi (670-741), dan Amoghavajra (705-74) membawa masuk sistem tantra bertipe non shakti ke china dan berpengaruh dalam istana raja Tang.
Tiga mazab berikutnya mendapat asimilasi lebih tinggi derajatnya. Yang pertama yaitu Hua-yen-tsung yang secara harafia berarti aliran “Rangkain Bunga” yang mengambarkan hubungan antara Yogacara dan tantra. Ia berasal dari pelajaran Avatamsaka sutra dari bangsa india. Alam indera adalah refleksi terhadap dunia luar dan misteri kebenaran dapat di lihat di mana-mana. Doktri ini sangat memengaruhi sikap terhadap alam di timur jauh dan mengilhami seniman di china dan belakangan di jepang. Mazab Hua-yen berdiri kira-kira di tahun 630 M, berlangsung sehingga kira-kira 1000 M. Salah seorang gurunya yang ternama adalah Fa-sang (643-712) keturunan keluarga Sogdian awalnya adalah murid Yuan-tsang, menulis karya penting “meditasi menghilangkan imajinasi yang menyimpang dengannya kita kembali ke asal”. Tapi kemudian ia melampaui doktri yogacara dengan menyatakan bahwa segala sesuatu mempunyai tiga ciri atau karakterisrik, yakni:
1. secara eksistensial, tiap objek bertemu, tiap “partikel debu” di dalamnya mengandung alam realitas (Dharma dathu) dalam keseluruhan hakikatnya.
2. sebagai ciptaan objek itu dapat menimbulkan segala jenis kebaikan, dan karennya setiap obek dapat mengungkapkan rahasia seluruh dunia.
3. dalam tiap partikel dapat di rasakan kesunyaan realitas sejati.
Enam jenis perenungan rekomondasi bagi para murid:
1. Melihat kedalam keheningan batin, segala hal kembali padanya.
2. Menyadari bahwa dunia khusus ada karena adanya batin yang satu.
3. Mengamati saling keterkaitan semua benda yang sempurna dan misterius.
4. Mengamati bahwa tidak ada pun selain kesedemikian, bayangan semua benda dan tidak saling mengganggu.
5. Mengamati bahwa cermin kesamaan mencerminkanbayangan semua benda dan tidak saling mengganggu.
6. Mengamati bahwa bila suatu objek khas diambil, maka yang lainnya ikut juga diambil bersamanya.

Secara resmi agama Buddha masuk ke korea pada tahun 372 M dan sekitar tahun 525 telah menyebar keseluruh negeri. Antara tahun 550 dan 664, agama Buddha menjadi agama negara dan kekuasaanya terus bertambah. Agama buddha di korea sangat berarti karena korea berperan sebagai penghubung antara china dan jepang.

7. Jepang 
Sekitar tahun 550, agama Buddha masuk ke Jepang dari Korea, sebagai salah satu unsur pembentuk peradaban China dan seorang negarawan ternama, Shotoku Taishi (523-621) menggunakannya sebagai sejenis agama. Seperti di Tibet dengan para dewa lokalnya, dewa-dewa Shinto pada mulanya di katakan merupakan pelindung dan penjaga agama Buddha. Sebelum tahun 700 empat sekte masuk, yaitu Jojitsu (625), Sanron (625), Hosso (645), Kusha (658). Lalu ada  Hua-yen (730) sekarang disebut Kegon. Juga sekte winaya (753) yang di sebut Risshu.
Jauh lebih penting sekte-sekte yang msk selama periode Heian (794-1186),yang di dominasi oleh Tendai dan Shingon yang pusatnya berada di puncak dua gunung. Yang satu di banggun oleh Daishi (767-822), yang lainnya di banggun oleh Kobo Daishi (774-835).

8. Tibet
Agama Buddha di Tibet menurut ceritanya di mulai sekitar tahun 650, tetapi baru mencapai kemajuan besar seabad kemudian. Di bawah raja Ral-pa-can (817-36) mencapai puncak kejayaannya. Pada tahun 787, wihara pertama selesai di banggun di bSam Yas, biksu-biksu  mulai ditahbiskan  oleh Santaraksita.sekitar tahun 825, berbagai upaya besar di lakukan untuk memastikan ketelitian terjemahan dan istilah-istilah yang di bakukan oleh suatu komisi yang terdiri dari pandita di india dan lotsaba tibet.
Empat sistem atau jalan pikiran utama:
1. Dari Barat, dari lembah Swat, masuklah gagasan Tantrik dari Padmasambhava. Mentalitas padmasambhava mempunyai banyak persamaan dengan menalitas Bon.
2. Dari selatan masuklah Perpaduan Pala dari Mahayana, yang di bawa oleh beberapa cendekiawan terkemuka dari universitas di Magadha. Kombinasi prajnaparamita dan tantra menjadi pusat tradisi agama Buddha, kombinasi ini selalu memberikan nilai khusus bagi Abhisamayalankara.
3. Dari barat daya, Sarvastiavada berusahan mencari kedudukannya di Tibet. Sarvastiavada tidak berlahan lama di dunia yang penuh dengan ilmu sihir dan kegaiban.
4. Dari timur, banyak sekali biksu China dari sekte Ch’an muncul di Tibet dan berusaha mengubah agama penduduk Tibet sesuai dengan ajaran mereka. Mereka ter;libat konflik dengan pandita India dari ortodoks Pala dan kalah telak di dalam dewan pSam Yas yang terkenal di tahun 793-4.


kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia

Kerajaan Sriwijaya
Kerajaan Sriwijaya yang muncul pada abad ke-6, pada mulanya berpusat di sekitar Sungai Batanghari, pantai timur Sumatra. Pada perkembangannya, wilayah kerajaan Sriwijaya meluas hingga meliputi wilayah Kerajaan Melayu, Semenanjung Malaya, dan Sunda (kini wilayah Jawa Barat). Catatan mengenai kerajaan-kerajaan di Sumatra didapat dari seorang pendeta Buddha bernama I-Tsing yang pernah tinggal di Sriwijaya antara tahun 685-689 M. Pada tahun 692, ketika I-Tsing, bias disimpilkan bahwa Sriwijaya telah menaklukan dan menguasai kerajaan-kerajaan disekitarnya.
Dari Prasasti Kedukan Bukit (683), dapat diketahui bahwa Raja Dapunta Hyang berhasil memperluas wilayah kekuasaannya dengan menaklukan daerah Minangatamwan, Jambi. Daerah Jambi sebelumnya adalah wilayah kerajaan Melayu. Daerah itu merupakan wilayah taklukan pertama Kerajaan Sriwijaya. Dengan dikuasainya wilayah Jambi, Kerajaan Sriwijaya memulai peranannya sebagai kerajaan maritim dan perdagangan yang kuat dan berpengaruh di Selat Malaka. Ekspansi wilayah Kerajaan Sriwijaya pada abad ke-7 menuju ke arah selatan dan meliputi daerah perdagangan Jawa di Selat Sunda.
Kerajaan Sriwijaya mengalami kejayaan pada masa pemerintahan Raja Balaputradewa. Pada masa itu, kegiatan perdagangan luar negeri ditunjang juga dengan penaklukan wilayah-wilayah sekitar. Sepanjang abad ke-8, wilayah Kerajaan Sriwijaya meluas kea rah utara dengan menguasai Semenanjung Malaya dan daerah perdagangan di Selat Malaka dan Laut Cina Selatan. Sejarah tentang Raja Balaputradewa dimuat dalam dua prasasti, yaitu Prasasti Nalanda dan Prasasti Ligor.

Raja kerajaan Sriwijaya yang terakhir adalah Sri Sanggrama Wijayatunggawarman. Pada masa pemerintahan Sri Sanggrama Wijayatunggawarman, hubungan Kerajaan Sriwijaya dan kerajaan Chola dari India yang semula sangat erat mulai renggang. Hal itu disebabkan oleh seranggan yang dilancarkan Kerajaan Chola di bawah pimpinan Rajendracoladewa atas wilayah Sriwijaya di semenanjung Malaya. Serangan-serangan tersebut menyebabkan kemunduran kerajaan Sriwijaya.
Kerajaan Singasari
Sumber sejarah tentang Kerajaan Singasari di Jawa Timur adalah kitab-kitab kuno, seperti Pararaton (Kitab Raja-Raja) dan Negarakertagama. Kedua kitab itu berisis sejarah raja-raja. Kerajaan Singasari dan majapahit yang saling berhubungan erat. Ketika Ken Arok berkuasa di Tumapel, di Kerajaan Kediri berlangsung perselisihan antara Raja Kertajaya dengan para Brahmana. Para Brahmana tersebut melarikan diri ke Tumapel. Namun, dalam pertempuran di Ganter, ia mengalami kekalahan dan meninggal. Kemudian, Ken Arok menyatukan Kerajaan Kediri dan Tumapel, serta mendirikan Kerajaan Singasari. Ia bergelar Sri Rangga Rajasa (Rajasawangsa) atau Girindrawangsa di Jawa Timur.
Dari istri yang pertamanya yang bernama Ken Umang, Ken Arok mempunyai empat orang anak, yaitu Panji Tohjaya, Panji Sudhatu, Panji Wregola, dan Dewi Rambi. Dari perkawinannya dengan Ken Dedes, Ken Arok mempunyai empat orang anak, yaitu Mahisa Wong ateleng, Panji Sabrang, Agni Bhaya, dan Dewi Rimbu. Ken Arok juga memiliki seorang anak tiri, yaitu Anusapati yang merupakan anak Tunggal Tunggul ametung dan Ken Dedes. Tunggul Ametung adalah Bupati Tumapel yang dibunuh Ken Arok.
Pada tahun1227, masa pemerintahan Ken Arok berakhir ketika ia dibunuh oleh anak tirinya Anusapati, sebagai balas dendam terhadap kematian Ayahnya. Diceritakan bahwa Ken Arok dibunuh dengan menggunakan keris Mpu Gandring yang di pakai untuk membunuh Tunggul Ametung. Kemudian Ken Arok dimakamkan di Kagenengan (sebelah selatan Singasari). Setelah Ken Arok wafat, Anusapati yang bergelar Amusanatha, naik tahta sebagai raja kedua Kerajaan Singasari. Anusapati memerintah sampai tahun 1248. Tohjaya yang mengetahui bahwa ayahnya dibunuh oleh Anusapati, merencanakan pembalasan dendam. Tohjaya membunuh Anusapati juga dengan mengunakan keris Mpu Gandring.
Setelah Wafat, jenazahanusapati diperabukan di Candi Kidal. Tohjaya kemudian mengantikan Anusapati menjadi Raja di Kerajaan singasari pada tahun 1248. Ia tidak lama memerintah karena terjadi pemberontakan yang dilakukan oleh orang-orang Sinelir dan Rajasa yang digerakkan oleh Ranggawuni, anak Anusapati. Ranggawuni dibantu oleh Mahisa Cempaka, anak Mahisa Wong Ateleng, saudara tiri Anusapati dari ibu yang sama.
Pemberontakan Ranggawuni berhasil menyerbu masuk ke istana dan melukai Tohjaya dengan tombak. Tohjaya berhasil dilarikan oleh para pengawalnya ke luar Istana, tetapi akhirnya meninggal di Katalang Lumbang. Dengan wafatnya Tohjoyo. Tahta kerajaan Singasari kembali kosong.
Setelah tohjaya wafat, Ranggawuni naik tahta pada tahun 1248 M dengan gelar Sri Jaya Wishnuwardhana. Mahisa Cempaka yang telah membantunya merebut tahta, memperoleh anugrah kedudukan sebagai Ratu Angabhaya, pejabat terpenting kedua di Kerajaan Singgasari dengan gelar Narasinghamurti. Pada tahun 1254. Wishnuwardhana menobatkan anaknya yang bernama Kertanegara sebagai Yuwaraja atau Kumararaja (Raja Muda). Kertanegara mendampingi ayahnya memerintah sampai tahun 1268. Ketika Wishnuwardhana meninggal di Mandaragiri, ia dimuliakan di dua tempat yang berbeda. Di Candi Jago (Jajaghu) sebagai Buddha Amoghapasha dan di Candi Weleri sebagai Siwa.
Setelah ayahnya wafat, Kertanegara sebagai raja muda langsung dinobatkan sebagai Raja Singasari. Dalam menjalankan pemerintahan, Kertanegara dibantu oleh tiga orang pejabat bawahan, yaitu Rakryan i Hino, Rakryan i Sirikan dan Rakryan i Halu. Dibawah ketiga Mahamantri, masih terdapat pula tiga orang pejabat bawahan, yaitu Rakryan Apatih, Rakryan Demung, dan Rakryan Kanuruhan. Untuk mengatur soal keagamaan, diangkat pejabat yang disebut Dharmadhyaksa ri Kasogatan.
Raja Kertanegara adalah raja yang terkenal dan terbesar dari kerajaan Singasari. Ia mempunyai semangat Ekspansionis. Kertanegara bercita-cita memperluas Kerajaan Singasari hingga keluar Pulau Jawa yang disebut dengan istilah Cakrawala Mandala. Pada tahun 1275, ia mengirim pasukan ke Sumatra untuk menguasai Kerajaan Melayu yang disebut sebagai ekspedisi Pamalayu. Dalam ekspedisi tersebut, Kerajaan Melayu berhasil di taklukan tahun1260. Peristiwa ini diabadikan pada alas patung Amoghapasha di Padangroco (Sungai Langsat) yang berangka tahun 1286.
Raja Melayu saat itu, Tribhuwana atau Raja Mulawarmandewa, beserta rayatnya menyambut hadiah itu dengan suka cita. Hal ini menunjukkan bahwa Kerajaan Melayu secara resmi berada dibawah kekuasaan Raja Kertanegara. Kertanegara juga membawa putrid Melayu kembali ke Singasari untuk dinikahkan dengan salah seorang bangsawan Singasari. Tujuh pengiriman arca dan penaklukan Kejaan Melayu adalah untuk menghadang rencana perluasan kekuasaan Kaisar Kubilai Khan dari Cina.
Diceritakan bahwa sudah beberapa kali utusan dari Cina dating ke Kerajaan Melayu menurut pengakuan untuk tunduk kepada Cina. Raja Kertanegara menolak mengirim upeti atau utusan sebagai pernyataan tunduk kepada Cina. Raja Kertanegara menolak mengirim upeti atau utusan sebagai pernyataan tunduk.
Pada tahun 1289, utusan Cina bernama Meng K’i dikirim pulang ke Cina sehingga Kaisar Kubilai Khan marah dan mengirim pasukan untuk menyerang Kerajaan Singasari. Sebagian besar pasukan Kerajaan Singasari sedang dikirim ke Sumatra untuk menghadapi serangan pasukan Cina. Sementara itu, Raja Jayakatwang di Kerajaan Kediri yang menjadi bawahan Kerajaan Singasari melihat kesempatan yang baik untuk merebut kekuasaan. Pada tahun 1292, Raja Jayakatwang dengan pasukan Kerajaan Kediri menyerang Ibu kota Kerajaan Singasari.
Menurut cerita, pada saat serangan musuh dating, Raja Kertanegara beserta para pejabat dan pendeta sedang melakukan upacara Tantrayana sehingga dapat dengan mudah mereka semua dibunuh oleh musuh. Kerajaan Singasari akhirnya berhasil direbut oleh Jayakatwang, Raja Kediri.
Kerajaan Mataram Kuno
Di wilayah Jawa Tenggah, pada sekitar abad ke-8, perkembangan sebuah Kerajaan Mataram Kuno. Pusat pemerintahan Kerajaan Mataram Kuno disebut Bhumi Mataram yang terletak di pedalaman Jawa Tenggah. Daerah tersebut memiliki banyak pegununggan dan sungai seperti Sungai Bogowanto, Sungai Progo, dan Bengawan Solo. Pusat pemerintahan Kerajaan Mataram Kuno juga sempat berpindah ke Jawa Timur. Perpindahan Kerajaan Mataram Kuno dari Jawa Tenggah ke Jawa Timur disebabkan oleh dua hal.
1. Selama abad ke-7 sampai ke-9, terjadi serangan-serangan dari Sriwijawa ke Kerajaan Mataram Kuno. Besarnya pengaruh Kerajaan Sriwijaya itu menyebabkan Kerajaan Mataram Kuno semakin terdesak ke wilayah timur.
2. Terjadinya Letusan Gunung Merapi yang dianggap sebagai tanda pralaya atau kehancuran dunia. Kemudian, letak kerajaan di Jawa Tenggah dianggap tidak layak lagi untuk ditempati.
Dinasti Sanjaya
Prasasti Canggal yang ditemukan di halaman Candi Gunung Wukir memberikan gambaran yang cukup jelas tentang kehidupan politik Kerajaan Mataram Kuno. Prasasti ini bertuliskan tahun654 Saka atau 732, ditulis dengan huruf Palawa yang menggunakan bahasa Sansekerta. Kerajaan Mataram Kuno didirikan oleh Raja Sanna. Raja Sanna kemudian digantikan oleh keponakannya Sanjaya. Masa pemerintahan Sanna dan Sanjaya dapat kita ketahui dari deskripsi kitab Carita Parahyangan. Dalam prasasti lain, yaitu Prasasti Balitung, Raja Sanjaya dianggap sebagai pendiri Dinasti Sanjaya, penguasa Mataram Kuno.
Sanjaya dinobatkan sebagai raja pada tahun 717 dengan gelar Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya. Kedududkan Sanjaya sangat kuat dan berhasil menyejahterakan rakyat Kerajaan Mataram Kuno. Sanjaya menyebarkan pengaruh Hindu di pulau Jawa. Hal ini ditempuh dengan cara mengundang pendeta-pendeta Hindu untuk mengajar di Kerajaan Mataram Kuno. Raja Sanjaya juga mulai pembangunan kuil-kuil pemujaan berbentuk candi. Stelah Raja Sanjaya meninggal, Kerajaan Mataram Kuno diperintah oleh putranya yang bernama Rakai Panangkaran.
Raja Rakai Panangkaran banyak mendirikan candi, seperti Candi Sewu, Candi Plaosan dan Candi Kalasan. Dari bukti-bukti tersebut, diketahui bahwa Raja Rakai Panangkaran beragama Buddha. Raja Mataram Kuno setelah Rakai Panangkaran berturut-turut adalah Rakai Warak dan Rakai Garung. Raja Mataram Kuno selanjutnya adalah Rakai Pikatan. Persaingan dengan Dinasti Syilendra yang waktu itu diperintahkan oleh Raja Samaratungga dianggap menghalangi cita-citanya untuk menjadi Penguasa tunggal di Pulau Jawa.
Pada abad ke-9 terjadi penggabungan kedua dinasti tersebut melalui pernikahan politik antara Rakai Pikatan dari keluarga Sanjaya dengan Pramodawardhani (Putri Raja Samaratungga), dari keluarga Syailendra. Namun, perkawinan antara Rakai Pikatan dengan Pramodawardhani tidak berjalan lancer. Setelah Samaratungga wafat, Kekuasaan beralih kepada Balaputradewa yang merupakan adik tiri dari Pramodawardhani. Menurut beberapa Prasasti, seperti Prasasti Ratu Boko (856), menunjukkan telah terjadinya perang saudara antara Rakai Pikatan dengan Balaputradewa.
Balaputradewa mengalami kekalahan dan melarikan diri ke Swarnadwipa(Sumatra). Ia kemudian berkuasa sebagai raja, mengantikan kakeknya di kerajaan Sriwijaya. Hal ini dapat dapat diketahu dari Prasasti Nalanda (India), yang menyatakan bahwa Raja Deewapaladewa dari Bengala menghadiahkan sebidang tanah kepada Raja Balaputradewa dari Swarnadwipa untuk membagun sebuah biara.
Setelah Balaputradewa dikalahkan, wilayah Kerajaan Mataram Kuno menjadi semakin luas kearah selatan (sekarang yogyakarta). Daerah ini dahulunya adalah wilayah Dinasti Syailendra. Rakai Pikatan mengusahakan agar rakyat dinasti Sanjaya dan Syailndra dapat hidup rukun. Pada masa ini, dibangun kuil pemujaan berbentuk candi, Seperti Candi Prambanan. Menurut Prasasti Siwagraha, Rakai Pikatan dan raja-raja Mataram Kuno berikutnya masih tetap menganut agama Hindu Siwa.
Berdasarkan Prasasti Balitung, setelah Rakai Pikatan wafat, kerajaan Mataram Kuno diperintah oleh Rakai Kayuwangi dibantu oleh sebuah dewan penasehat yang juga jd pelaksana pemerintahan. Dewan yang terdiri atas lima patih yang dipimpin oleh seorang mahapatih ini sangat penting perananya. Raja Mataram selanjutnya adalah Rakai Watuhumalang. Raja Mataram Kuno yang diketahui kemudian adalah Dyah Balitung yang bergelar Sri Maharaja Rakai Watukura Dyah Balitung Dharmodaya Maha Dambhu adalah Raja Mataram Kuno yang sngat terkenal. Raja Balitung berhasil menyatukan kembali Kerajaan Mataram Kuno dari ancaman perpecahan.
Dimasa pemerintahannya, Raja Balitung menyempurnakan struktur pemerintahan dengan menambah susunan hierarki. Bawahan Raja Mataram terdiri atas tiga pejabat penting, yaitu Rakryan I Hino sebagai tangan kanan raja yang didampingi oleh dua pejabat lainnya. Rakryan I Halu,dan Rakryan I Sirikan Struktur tiga pejabat itu menjadi warisan yang terus digunakan oleh kerajaan-kerajaan Hindu berikutnya, seperti Kerajaan Singasari dan Majapahit.
Selain struktur pemerintahan baru, Raja Balitung juga menulis Prasasti Balitung. Prasasti yang juga dikenal sebagai Prasasti Mantyasih ini adalah prasasti pertama di Kerajaan Mataram Kuno yang memuat silsilah pemerintahan Dinasti Sanjaya di Kerajaan Mataram Kuno. Setelah Raja Balitung wafat pada tahun 910, Kerajaan Mataram Kuno masih mengalami pemerintahan tiga raja sebelum akhirnya pusat kerajaan pindah ke Jawa Timur. Sri Maharaja Daksa, yang pada masa pemerintahan Raja Balitung menjabat Rakryan i Hino, tidak lama memerintah Kerajaan Mataram Kuno. Penggantinya, Sri Maharaja Tulodhong juga mengalami nasib serupa.
Dibawah pimpinan Sri Maharaja Rakai Wawa. Kerajaan Mataram Kuno dilanda kekacauan dari dalam, yang membuat kacau ibu kota. Sementara itu, kekuatan ekonomi dan politik Kerajaan Sriwijaya makin mendesak kedudukan Mataram di Jawa. Pada masa itu, wilayah kerajaan mataram kuno juga dilanda oleh bencana letusan Gunung Merapi yang sangat membahayakan ibu kota kerajaan. Seluruh masalah ini tidak dapat diselesaikan oleh Rakai Wawa. Ia wafat secara mendadak. Kedudukannya kemudian digantikan oleh Mpu Sindok yang waktu itu menjadi Rakryan i Hino.
Dinasti Syailendra
Dinasti Syailendra berkuasa didaerah Begelan dan Yogyakarta pada pertengahan abad ke-8. Beberapa sumber sejarah tentang Dinasti Syailendra yang berhasil ditemukan, antara lain prasasti Kalasan, Kelurak, Ratu Boko, dan Nalanda. Prasasti Kalasan (778), menyebutkan nama Rakai Panangkaran yang diperintahkan oleh Raja Wisnu, penguasa Dinasti Syailendra, untuk mendirikan sebuah bangunan suci bagi Dewi Tara dan sebuah vihara bagi para pendeta. Rakai Panangkaran kemudian memberikan Desa Kalasan kepada Sanggha Buddha. Prasasti Ratu Boko (856), menyebutkan Raja Balaputradewa kalah dalam perang saudara melawan kakaknya, yaitu Pramodhawardani. Kemudian, ia melarikan diri ke Kerajaan Sriwijaya. Prasasti Nalanda (860), menyebutkan asal usul Raja Balaputradewa. Disebutkan bahwa Raja Balaputradewa adalah putra dari Raja Samaratungga dan cucu dari Raja Indra.
Pada abad ke-8, Dinasti Sanjaya yang memerintah KerajaanMataram Kuno mulai terdesak oleh dinasti Syailendra. Hal itu kita ketahui dari prasasti Kalasan yang menyebutkan bahwa Rakai Panangkaran dari keluarga Sanjaya diperintah oleh Raja Wisnu untuk mendirikan Candi Kalasan, sebuah candi Buddha. Dinasti Syailendra muncul dalam sejarah Kerajaan Mataram Kuno tidak lebih dari satu abad. Pengaruh Dinasti Syailendra terhadap kerajaan Sriwijaya juga semakin kuat karena Raja Indra menjalankan strategi perkawinan politik. Raja Indra mengawinkan putranya yang bernama Samaratungga dengan salah seorang putri Raja Sriwijaya.
Pengganti Raja Indra adalah Raja Samaratungga. Pada masa kekuasaannya, dibangun Candi Borobudur. Namun, sebelum Candi tersebut selesai dibangun, Raja Samaratungga meninggal dunia, dalam sebuah perang saudara. Balaputradewa kemudian melarikan diri ke Kerajaan Sriwijaya dan menjadi raja disana.
Kerajaan Kutai
Kerajaan tertua bercorak Hindu di Indonesia adalah kerajaan Kutai. Kerajaan ini terletak di Kalimantan, tepatnya di hulu sungai Mahakam. Nama Kutai diambil dari nama tempat ditemukannya prasasti yang menggambarkan kerajaan tersebut. Tujuh buah yupa merupakan sumber utama bagi para ahli untuk menginterpretasikan sejarah Kerajaan Kutai. Dari salah satu yupa tersebut, diketahui bahwa raja yang memerintah Kerajaan Kutai saat itu adalah Mulawarman.
Mulawarman adalah anak Aswawarman dan cucu Kudungga, Nama Mulawarman dan Aswawarman sangat kental dengan pengaruh bahasa Sansekerta. Putra Kudungga, Aswawarman, kemungkinan adalah raja pertama kerajaan Kutai yang bercorak Hindu. Ia juga diketahui sebagai pendiri dinasti Kerajaan Kutai sehingga diberi gelar Wangsakerta, yang artinya pembentuk Keluarga.
Putra Aswawarman adalah Mulawarman. Dari yupa, diketahui bahwa pada masa pemerintahan Mulawarman, Kerajaan Kutai mengalami masa keemasan. Wilayah kekuasaannya meliputi hamper seluruh wilayah Kalimantan Timur. Rakyat Kutai hidup sejahtera dan makmur.
kerajaan Majapahit
Kerajaan bercorak Hindu yang terakhir dan terbesar di pulau Jawa adalah Majapahit. Nama kerajaan ini berasal dari buah maja yang pahit rasanya. Ketika orang-orang Madura bernama Raden Wijaya membuka hutan di Desa Tarik, mereka menenukan sebuah pohon maja yang berubah pahit. Padahal rasa buah itu biasanya manis. Oleh karena itu mereka menamakna permukiman mereka itu sebagai Majapahit. Daerah ini merupakan daerah yang diberikan Raja Jayakateang dari Kerajaan Kediri kepada Raden Wijaya. Raja Wijaya adalah menantu Raja Kertanegara dari kerajaan Singasari. Pada saat Kerajaan Singasari diserbu dan dikalahkan oleh Jayakatwang, Raden Wijaya berhasil melarikan diri. Ia mencari perlindungan kepada Bupati Madura yang bernama Arya Wiraraja. Dengan bantuan orang-orang Madura, ia membangun pemuliman di Desa Tarik yang kemudian diberi nama Majapahit tersebut.
Pada tahun 1292, armada Cina yang terdiri dari 1.000 buah kapal dengan 20.000 orang prajurit tiba di Tuban, Jawa Timur. Tujuan mereka adalah menghukum Raja Kertanegara yang menyatakan tidak mau tunduk kepada Kaisar Kubilai Khan dari Cina. Mereka tidak mengetahui bahwa Raja Kertanegara dari Singasari itu telah meninggal dikalahkan oleh Raja Jayakatwang dari Kediri.
Melihat peluang ini, Raden Wijaya mengambil kesempatan untuk merebut kembali Kerajaan Singasari. Ia menggabungkan diri dengan pasukan cina dan menyerang Raja Jayakatwang di Kediri. Kerajaan Kediri tidak mampu menghadapi serangan itu. Raja Jayakatwang berhasil dikalahkan. Kemenangan itu membuat pasukan Cina bergembira dan berpesta pora. Mereka tidak menyaka kalau kesempatan itu dipakai oleh Raden Wijaya untuk balik menyerang mereka. Pasukan Raden Wijaya berhasil mengusir armada Cina kembali ketanah airnya. Sejak saat itu Kerajaan Majapahit dianggap sudah berdiri.
Raden Wijaya naik tahta sebagai Raja Majapahit pada tahun 1293 dengan gelar Sri Kertarajasa Jayawardhana. Pada tahun 1295., berturut-turut pecah pembrontakan yang dipimpin oleh Rangga lawe dan disusul oleh Saro serta Nambi. Pembrontakan-pembrontakan itu bisa dipadamkan. Raden Wijaya wafat pada tahun 1309 dan mendapat penghormatan di dua tempat, yaitu Candi Simping (Sumberjati) dan Candi Artahpura.
Setelah Raden Wijaya wafat, putera permaisuri Tribuwaneswari yang bernama Jayanegara menggantikannya sebagai Raja Majapahit. Pada awal pemerintahannya Jayanegara harus menghadapi sisa pemberontakan yang meletus dimasa ayahnya masih hidup. Selain pembrontakan Kuti dan Sumi, Raja Jayanegara diselamatkan oleh pasukan pengawal (Bhayangkari) yang dipimpin oleh Gajah Mada ia kemudian diungsikan ke Desa Bedager.
Raja Jayanegara wafat tahun1328 karena dibunuh oleh salah seorang anggota dharmaoutra yang bernama Tanca. Oleh karena ia tidak mempunyai putra ia kemudian digantikan oleh adik perempuannya Bhre Kahuripan yang bergelar Tribuanatunggadewi Jayawishnuwardhani. Suaminya bernama Cakradhara yang berkuasa di Singasari dengan gelar Kertawerdhana.
Dari kitab Negarakertagama, digambarkan adanya beberapa pemberontakan di masa pemerintahan Ratu Tribuanatunggadewi. Pembrontakan yang paling berbahaya adalah pemberontakan di Sadeng dan Keta pada tahun 1331. Namun pemberontakan itu pemberontakan itu dapat dipadamkan oleh Gajah Mada. Setelah itu Gajah Mada bersumpah di hadapan Raja dan para pembesar kerajaan bahwa ia tidak akan amukti palapa (memakan buah palapa), sebelum ia dapat menundukan Nusantara.
Pada tahun 1334, lahirlah putra mahkota Kerajaan Majapahit yang diberi nama Hayam Wuruk. Pada tahun 1350, Ratu Tribuanatunggadewi mengundurkan diri setelah berkuasa 22 tahun. Ia wafat pada tahun 1372. Pada tahun 1350, Hayam Muruk dinobatkan sebagai raja Majapahit dan bergelar Sri Rajasanagara. Gajah Mada diangkat sebagai Patih Hamangkubumi. Dibawah pemerintahan Hayam Wuruk dan Gajah Mada, Kerajaan Majapahit mencapai puncak kejayaannya. Kerajaan Majapahit menguasai wilayah yang sangat luas. Hampir seluruh wilayah Nusantara tunduk pada Majapahit.
Gajah Mada meninggal tahun 1364. Meninggalnya Gajah Mada menjadi titik tolak kemunduran Majapahit. Setelah Gajah Mada tidak ada negarawan yang kuat dan bijaksana. Keadaan semakin memburuk setelah Hayam Wuruk juga meninggal pada tahun 1389. Hayam Wuruk tidak memiliki putra mahkota. Tahta kerajaan Majapahit diberikan pada menantunya yang bernama Wikramawardhana (suami dari putri mahkota Kusumawardhani). Hayam Wuruk sebenarnya memiliki putra yang bernama Bhre Wirabhumi. Namun, dia bukan anak dari permaisuri sehingga tidak berhak mewarisi tahta Kerajaan Majapahit.
Meskipun demikian, Wirabhumi tetap diberi kekuasaan di wilayah kekuasaan di wilayah Kerajaan sebelah Timur, yaitu Blambangan. Dengan cara tersebut, kemungkinan perpecahan antara Bhre Wirabhumi dan Wikramawardhana berhasil diredam. Masalah kembali timbul ketika tahta Kerajaan Majapahit kembali kosong setelah Kusumawardhani meninggal dunia pada tahun 1400. Wikramawardhana berniat untuk menjadi pendeta dan menunjuk putrinya, Suhita, menjadi ratu Kerajaan Majapahit.
Pada tahun 1401, pecah perang antara keluarga Wikramawardhana dan Wirabhumi yang dikenal sebagai Perang Paregreg. Perang Paregreg baru berakhir pada tahun 1406 dengan terbunuhnya Bhre Wirabhumi. Parang saudara ini semakin melemahkan Kerajaan Majapahit. Satu demi satu daerah kekuasaannya melepaskan diri. Tidak ada lagi raja yang kuat dan mampu memerintah kerajaan yang demikian luas. Menurut catatan. Kerajaan Majapahit runtuh sekitar tahun 1500-qn yang didasarkan pada tahun bersimbol Sirna Ilang Kertaning Bhumi.
Kerajaan Tarumanegara
Sumber sejarah Kerajaan Tarumanegara diperoleh dari prasasti-prasasti yang berhasil ditemukan. Namun, tulisan pada beberapa prasati, seperti pada Prasati Muara Cianten dan Prasasti Pasir Awi sampai saat ini belum dapat diartikan. Banyak informasi berhasil diperoleh dari tulisan pada kelima prasasti lainnya, terutama Prasasti Tugu yang merupakan prasasti terpanjang, Tujuh prasasti dari kerajaan Tarumanegara adalah: Prasasti Ciaruteun, Prasasti Kebon Kopi, Prasasti Jambu, Prasasti Muara Cianten, Prasasti Tugu, Prasasti Pasir Awi, dan Prasasti Munjul.
Sumber sejarah penting lain yang dapat menjadi bukti keberadaan kerajaan Tarumanegara adalah catatan sejarah pengelana Cina. Catatan sejarah pengelana Cina yang menyebutkan keberadaan Kerajaan Tarumanegara adalah catatan perjalanan pendeta Cina Fa-Hsein, pada tahun414 dan catatan kerajaan Dinasti Sui dan Dinasti Tang. Dari salah satu prasasti, yakniPrasati Ciaruteun yang ditemukan di Desa Ciampea, Bogor, diketahui bahwa Purnawarman dikenal sebagai raja yang gagah berani. Data sejarah yang lebih jelas, terdapat pada Prasasti Tugu. Pada prasasti yang panjang ini, dikatakan bahwa pada tahun pemerintahannya yang ke-22, Purnawarman telah menggali Sungai Gomati. Dari prasati tersebut, dapat disimpulkan bahwa Purnawarman memerintah dalam waktu yang cukup lama.