PENERAPAN CULAKAMMAVIBHANGA SUTTA
DALAM MENINGKATKAN KUALITAS DIRI PERUMAH TANGGA
Oleh:
Yulian
Dwi Anggoro
Pendahuluan
Waktu
demi waktu telah dilalui oleh manusia. Setiap saat perubahan terjadi pada
kehidupan umat manusia. Segala jenis perubahan yang terjadi berujung pada
kenyamanan bagi kehidupan manusia di era yang telah berubah. Akan tetapi,
segala perubahan itu tidak selalu membawa dampak yang positif saja, tetapi juga
membawa dampak yang negatif juga. Sebagaimana sebuah koin logam yang memiliki
dua sisi. Kemajuan zaman yang kita jalani membuat banyak manusia menjadi salah
dalam mengambil jalan. Di indonesia sendiri khususnya, banyak orang
menyalahgunakan teknologi yang ada untuk kepentingan yang bersifat sepihak dan
merugikan banyak orang. Ada juga yang menggunakan obat yang seharusnya
digunakan untuk menolong orang ketika membutuhkan, malahan dipakai sebagai obat
penenang yang sifatnya merugikan badan. Fenomena seperti ini sungguh membuat
simpati banyak pihak, sehingga mendorong pihak-pihak tersebut untuk mencari
cara menuntaskan masalah tersebut.
Dalam
ajaran Sang Buddha, seseorang menjadi baik atau buruk dikarenakan adanya tiga pokok dasar perilaku yang
penting yaitu kerelaan, kemoralan dan konsentrasi. Ketiganya tidak bisa
dilepaskan satu dari yang lainnya. Ketiganya secara bersama-sama, apabila
dilaksanakan, akan membentuk sikap hidup yang baik lahir dan batin. Adapun
makna kerelaan adalah latihan untuk mengurangi kemelekatan yang dimulai dengan
menghindari kemelekatan terhadap benda-benda yang dimiliki. Tujuan dari latihan
kerelaan ini adalah agar seseorang dapat memberikan perhatian demi kebahagiaan
pihak lain. Inilah hasil tertinggi dari kerelaan. Kemoralan adalah latihan
pengendalian diri agar tidak melakukan, paling tidak, lima perbuatan yang tidak
baik, yaitu pembunuhan dan penganiayaan, pencurian, pelanggaran kesusilaan,
kebohongan dan mabuk-mabukan. Tujuan pelaksanaan latihan ini adalah agar
seseorang dapat membebaskan diri sendiri dari rasa bersalah, sehingga ia dapat
bepergian ke mana saja, tanpa mempunyai rasa takut maupun kurang percaya diri.
Sedangkan konsentrasi adalah latihan menyadari segala sesuatu yang sedang
dipikirkan sehingga apabila timbul pikiran baik, bisa segera diwujudkan dalam
perbuatan, sebaliknya apabila muncul pikiran negatif, maka dapat segera
dikendalikan agar tidak memberikan kesempatan menambah karma buruk.
Kualitas Diri yang Baik Menurut
Culakammavibhanga Sutta
Dalam usaha memperbaiki dan
meningkatkan kualitas diri, ada beberapa hal yang diperlukan. Dimulai dengan
mencari dan memiliki kesempatan tinggal di lingkungan yang mendukung. Namun,
apabila ada kenyataannya kita tinggal di tempat yang tidak sesuai, maka kita
hendaknya berusaha untuk menguatkan mental agar tidak gampang terpengaruh.
Ibarat seseorang yang tangannya tidak terluka, tidak akan takut terpengaruh
oleh racun yang digenggamnya. Dengan memiliki kualitas mental yang baik,
seseorang akan mempunyai benteng yang tangguh, pelindung sejati di manapun ia
berada. Usaha dalam meningkatkan kualitas diri seseorang tertuang dalam
Culakammavibhnga sutta, di sana diceritakan bahwa ada manusia yang inferior dan
ada yang superior. Manusia yang superior adalah manusia yang memiliki kualitas
diri yang baik. Berikut adalah jenis kualitas diri manusia yang baik yang bisa
disebut sebagai manusia superior:
1. Di
mana pun dia dilahirkan kembali dia akan berumur panjang
2. Di
mana pun dia dilahirkan kembali dia akan sehat
3. Di
mana pun dia dilahirkan kembali dia menjadi elok rupawan
4. Di
mana pun dia dilahirkan kembali dia menjadi berpengaruh
5. Di
mana pun dia dilahirkan kembali dia menjadi kaya
6. Di
mana pun dia dilahirkan kembali dia dilahirkan di kalangan atas
7. Di
mana pun dia dilahirkan kembali dia menjadi bijaksana.
Cara Meningkatkan Kualitas Diri
bagi Perumah Tangga
Dari
penjelasan di atas, seseorang memiliki kualitas diri yang baik karena melakukan
perbuatan yang baik. Perbuatan baik tersebut memberikan banyak manfaat bagi
kehidupan sekarang maupun yang akan datang. Untuk memperoleh kebahagiaan,
seseorang harus meningkatkan kualitas dirinya sehingga menjadi lebih baik dan
lebih baik lagi. Terdapat lima hal yang dapat menjadikan seseorang memiliki
kualitas diri yang baik, lima hal tersebut adalah:
1. Hal
yang berkaitan dengan sila pertama , yaitu mengembangkan cinta kasih yang
universal (metta).
2. Hal
yang berkaitan dengan sila kedua, yaitu mengembangkan kemurahan hati/ berdana (dana).
3. Hal
yang berkaitan dengan sila ketiga, yaitu mengembangkan perasaan puas atau
mempunyai sedikit keinginan (appicchata).
4. Hal
yang berkaitan dengan sila keempat, yaitu mengembangkan kejujuran (sacca).
5. Hal
yang berkaitan dengan sila kelima, yaitu mengembangkan kebijaksanaan (panna).
Penerapan Culakammavibhanga Sutta
dalam Meningkatkan Kualitas Diri Perumah Tangga
1. Di
mana pun dia dilahirkan kembali dia akan berumur panjang
Hal ini berarti bahwa,
seseorang yang melakukan perbuatan bajik dengan tidak melakukan pembunuhan
terhadap mahluk hidup dan meninggalkan pembunuhan terhadap mahluk hidup. Latihan
seperti ini sama dengan pelatihan sila yang diutarakan oleh Sang Buddha pada
sila pertama. Dengan melatih diri sedemikian rupa, seseorang akan memiliki
sifat welas asih kepada setiap mahluk.
2. Di
mana pun dia dilahirkan kembali dia akan sehat
Orang-orang yang
terlahir dengan keadaan yang selalu sehat adalah mereka yang tidak melakukan
penyiksaan terhadap mahluk dengan berbagai cara. Mereka selalu hidup
berdampingan dengan bahagia tanpa merugikan pihak lain. Selalu menanamkan rasa
cinta kasih terhadap semua mahluk yang ada di alam semesta.
3. Di
mana pun dia dilahirkan kembali dia menjadi elok rupawan
Orang-orang yang
memiliki sifat rendah hati dan tidak mudah marah merupakan kualitas diri
manusia yang akan memberikan kesejahteraan bagi dirinya berupa wajah yang
rupawan. Tidak menyombongkan diri dan menganggap bahwa dirinya adalah yang
paling baik atau paling tahu tentang segala hal dibandingkan dengan orang lain.
Dalam melatih diri, seseorang membutuhkan kritik dan saran dari orang lain.
Tetap bersikap lembut hatinya bial menerima suatu kritik dan berterima kasih
atas kritik yang telah diberikan kepadanya. Kritik dan saran tersebut akan
membangun pelatihan yang dlakukan seseorang sehingga mendapatkan kualitas diri
yang lebih baik. Bukan menjadi orang yang mudah tersinggung hanya karena sebuah
kritikan kecil dari orang lain tentang dirinya. Justru kritikan inilah yang akan
menjadi sebuah batu loncatan bagi seseorang untuk lebih memperhatikan setiap
tindakan yang akan dilakukan.
4. Di
mana pun dia dilahirkan kembali dia menjadi berpengaruh
Seseorang yang ikut
berbahagia dengan apa yang didapatkan oleh orang lain akan membawa dirinya
menuju kualitas diri yang lebih baik. Mereka yang tidak bersifat iri hati akan
menimbulkan pikiran yang positif pada dirinya. Ini adalah suatu sikap seorang
ksatria dalam kehidupan umat manusia. Sikap batin yang rela akan kebahagiaan
mahluk lain akan menyelaraskan dirinya dengan perilakunya yang timbul dari
dalam dirinya sendiri.
5. Di
mana pun dia dilahirkan kembali dia menjadi kaya
Memberikan dana
merupakan ajaran dari Sang Buddha yang paling mudah untuk dilakukan karena
siapa saja dapat melakukannya. Sang Buddha mengajarkan bahwa berbagi itu
memberikan buah yang sedemikian besar, dengan pikiran yang terbebas dari
kekikiran pasti akan memberikan dana kepada orang-orang luhur yang menyebabkan
hal tersebut membuahkan hasil.
6. Di
mana pun dia dilahirkan kembali dia dilahirkan di kalangan atas
Dalam petikan kata-kata
di dalam Mangala Sutta mengatakan bahwa menghormat yang patut dihormati adalah
berkah utama. Orang yang mampu melakukan hal ini mempunyai kemampuan belajar
lebih banyak karena melihat dan mengakui kelebihan orang lain sehingga tidak
menimbulkan kesombongan dalam dirinya bahwa ialah yang lebih baik. Kualitas
diri seseorang juga ditentukan dari sikapnya terhadap orang lain. Mereka yang
tidak sombong dengan apa yang dimiliki dan mau memberikan penghormatan bagi
mereka yang patut dihormati akan memberikan dorongan positif dalam diri
sendiri.
7. Di
mana pun dia dilahirkan kembali dia menjadi bijaksana
Seorang Buddhis yang baik tidak
cukup hanya menatap dengan rasa bhakti dan melaksanakan penghormatan, ia juga
harus berkeinginan untuk menemui orang suci, terutama para bhikkhu yang
mengikuti ajaran Buddha. Berusaha untuk mengunjugi mereka dan meinta untuk
diberi pengetahuan akan Dhamma. Belajar dhamma akan memberikan wawasan yang
begitu luas bagi seseorang. Dhamma bukanlah sekedar setumpuk teori saja yang
berjumlah banyak, Dhamma merupakan sebuah jalan yang akan menuntun menuju
kualitas diri yang baik, lebih baik dari apapun karena dhamma akan membawa pada
kebahagiaan yang sejati. Dengan mempraktekan ajaran-ajaran dhamma, akan timbul
sebuah kepercayaan dalam diri seseorang.
Kesimpulan
Dari
hal-hal yang dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa seseorang yang ingin
menjadi lebih baik dalam kehidupan ini atau pun di kehidupan yang akan datang
hendaknya selalu melakukan tindakan-tindakan yang tidak merugikan mahluk lain.
Baik dan buruknya seseorang di saat sekarang atau pun di saat yang akan datang
juga ditentukan oleh diri kita sendiri. Kita sendirilah yang akan menentukan
kualitas diri kita akan menjadi lebih baik atau tidak. Kebahagiaan akan
diperoleh bagi orang-orang yang dengan tekad yang kuat melaksanakan
pengembangan dirinya supaya menjadi orang yang memiliki kualitas tinggi. Dengan
kualitas yang tinggi, orang akan bisa lebih mudah melatih dirinya untuk
terbebas dari hal-hal yang bersifat duniawi sehingga megejar kebahgiaan yang
tertinggi yang merupakan tujuan dari setiap umat Buddha, yaitu pembebasan dari
belenggu penderitaan (mencapai Nibbana).
Bhikkhu Nanamoli dan Bhikkhu Bodhi.
2008. Majjhima Nikaya. (diterjemahkan
dari judul asli The Middle Length
Discourses of the Buddha oleh Dra. Wena Cintiawati, Dra. Lanny Anggawati
& Endang Widyawati, S.Pd.) Klaten: Wisma Sambodhi.
Bhikkhu Sikkhananda. 2012. Sila. Tangerang: Cetiya Dhamma Sikkha
Rashid, Teja S.M. 1997. Sila dan Vinaya.
Jakarta: Penerbit Buddhis BODHI
Bhikkhu Jotidhammo. 2007. Itivuttaka. (diterjemahkan dari judul
asli The Itivuttaka, The Buddha’s Saying
oleh Dra. Lanny Anggawati & Dra. Wena Cintiawati) Bandung: Lembaga
Anagarini Indonesia
http://ajaranbuddha.wordpress.com/2010/11/19/pelindung-sejati.html (di akses
tanggal 12 November 2013)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar